Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan seperti ini, seringkali membawaku pada lamunan yang tak berjudul, kukatakan seperti itu  karna lamunan itu belum tersalurkan.

Seperti hari ini...

Walau setiap ramadhan peristiwa tiga puluhan tahun yang lalu selalu menyapaku, tapi entah mengapa hari ini peristiwa itu begitu mengharu biru, perjalanan saum hari ke 5 ku di 1432 hijriah ini.

Betapa hati ini rindu luar biasa pada kampung halamanku baleatu,kampung kecil di kota dingin yang juga kecil...saat itu.

Dari sudut sebuah jalan kecil agak sempit, aku selalu berjalan menuju meunasah baleatu,membawa sebuah termos kecil berisi teh manis panas, untuk berbuka bapakku dan orang -orang yang kebetulan mampir untuk berbuka puasa dan sholat di meunasah itu.

pekerjaan manis itu menjadi rutinitas soreku sepanjang ramadhan,sambil membawa air minum itu, tak lupa oleh mamakku aku dititipi sajadah untuk dibentangkan di meunasah,agar pada saat mamakku datang untuk sholat taraweh tempatnya telah tersedia.

Aku selalu mencarikan tempat istimewa untuknya, di saf kedua paling pinggir dekat dinding. tempat ini terpilih karena agar sewaktu waktu mamakku merasa letih atau pusing ia bisa duduk dan bersandar, karena mamakku punya penyakit darah tinggi....

Hingga hari ke 29 itulah selalu rutinitasku,aku tak lagi harus menolak dan harus mencari cari alasan untuk tak bertugas, karena sepertinya itu sudah menjadi satu kesatuan dengan keberadaan ku setiap ramadhan....dan aku bahagia.

Dalam perjalanan ke meunasah itu aku selalu bertemu dengan kawan kawanku, mereka ada yang bertugas sama seperti aku mengantar minum dan ta'jil untuk bapak mereka, juga kawan kawan yang hanya jalan jalan menghabiskan waktu sambil menunggu sirine tanda berbuka tiba.

Setelah saling menyapa kami berjalan bersama kemenasah,tidak ada raut kelitihan hanya kegembiraan, diperjalan kami bercerita tentang ta'jil apa yang ada dirumah untuk berbuka dan nanti kalau taraweh kita bawa makanan apa haha

Setelah tugas kami selesai, berlarian kami pulang kerumah masing-masing untuk berbuka bersama keluarga karena sebentar lagi sirine akan berbunyi pertanda waktu berbuka tiba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline