Lihat ke Halaman Asli

Arizqa Novi Ramadhani

Mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Galon Sekali Pakai: Solusi atau Masalah Baru?

Diperbarui: 18 Juni 2022   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah galon. Sumber: amp.kontan.id

Air mineral menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Dengan memperhatikan nilai praktis pemakaian dan distribusinya, air mineral dikemas dalam bermacam jenis. Kemasan air mineral berupa botol plastik dengan ukuran mulai dari 100 ml, 600 ml, sampai 1500 ml atau 1,5 liter. Beberapa merek air mineral yang beredar di masyarakat juga menyediakan kemasan galon yang dapat ditukarkan dan diisi ulang.

Baru-baru ini, salah satu brand air mineral di Indonesia meluncurkan sebuah pembaruan yakni galon air mineral sekali pakai. Inovasi ini sempat ramai diperbincangkan di media, sehingga kemunculan galon sekali pakai menimbulkan polemik.

Para pegiat lingkungan menganggap bahwa galon sekali pakai berpotensi memperparah kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penumpukan sampah plastik. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah yang saat ini sedang gencar melakukan kampanye dan mengajak masyarakat dalam aksi memerangi limbah plastik, salah satu contohnya yakni pemberlakuan tarif kantong plastik di gerai-gerai perbelanjaan agar masyarakat beralih untuk membawa kantong belanja dari rumah masing-masing. 

Penolakan terhadap galon sekali pakai didukung oleh adanya data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa tumpukan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun. Sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik dibuang ke laut dan yang terbuang ke lingkungan sebanyak 85 ribu ton. Bisa dibayangkan berapa total sampah plastik yang dihasilkan dalam waktu 1 tahun jika diibaratkan 1 rumah tangga menimbun 1 galon sekali pakai setiap minggunya. 

Pelarangan penggunaan plastik sekali pakai juga diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 

Di sisi lain, dukungan terhadap kemunculan galon sekali pakai datang dari para aktivis kesehatan. Marketing Manager salah satu brand air mineral menyebutkan bahwa galon sekali pakai merupakan jawaban atas keinginan konsumen terhadap produk yang higienis, kedap udara, dan bebas dari Bisphenol A (BPA) yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus.

Dukungan berikutnya datang dari aktivis ekonomi yang menyebutkan bahwa galon sekali pakai menyediakan lapangan pekerjaan bagi para pemulung dan pengepul sampah. Hal tersebut merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi permasalahan pengangguran dan kemiskinan. Akan tetapi, pernyataan ini masih menjadi sebuah ambiguitas apakah tidak ada solusi lain untuk menanggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan selain dari mengepul dan memulung sampah l galon sekali pakai. 

Jika pun ada pernyataan bahwa plastik galon sekali pakai mudah didaur ulang, pertanyaannya yakni apakah daur ulang galon sekali pakai merupakan cara yang efektif untuk menanggulangi penumpukan sampah yang dihasilkan? Realitanya yaitu plastik yang dihasilkan jumlahnya jauh lebih besar daripada yang berhasil didaur ulang. 

Terlihat ada perang dingin antara pegiat lingkungan yang kontra terhadap galon sekali pakai dengan para aktivis kesehatan dan ekonomi yang mendukung kemunculan produk tersebut. Ada sesuatu yang perlu dibenahi dalam sistem ekonomi sirkular ini. Hendaknya, produsen dapat menciptakan sebuah inovasi produk dengan tetap memperhatikan keberimbangan 3P yakni People (sosial), Profit (keuntungan), dan Planet (lingkungan).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline