Lihat ke Halaman Asli

Orang Gila Itu Al Capone Sang Tirai Tirani

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13298847311015720151

Cahaya senja membilas keringat di balik kerah kemejanya. Wajahnya kini kian sepucat tepian daun jati yang ia hempit erat di rimbun jembut ketiak. Antara kerah, daun jati dan jembut ada hubungan bathin, sama-sama kotor. Lantas kumis tipisnya yang nyentrik simbolikan bahasa revolusi. Bibirnya yang beku kobarkan pemberontakan. Ia adalah mahluk Tuhan yang sesuatu banget.

"Aku adalah refleksi Al Capone sang tirai tirani. Yang menari di atas ribuan pelor. Dentum mesiu. Jerit sakit dan aroma darah" teriaknya bau iler di muka lembayung jingga. Lalu ia acungkan bogem mentahnya tinggi-tinggi. "Lawan. Lawan. Lawan" Akhirnya sedot umbel. Kemudian berlalu pergi. Yang nonton cuma godek-godek. Sementara yang lain sudah anggap ia tak waras.

"Ia melakukan itu tiap hari sabtu. Sementara di hari minggu, ia berteriak : Mati. Mati. Mati" Saya pun tergoda mengikuti langkahnya.

* * *

Subuh ini, Angin mengintip fajar di balik kopiahnya yang lusuh. Ia lukisi sisa hujan semalam dengan minyak rasa seribu bunga. Di atas sajadah, ia pegang dahan, sama dingin. Kemudian genggam kerikil, juga dingin.

"Mentari tengah berduka Jak" ucapnya menunjuk langit di gugus timur kejora. Ujung telunjuknya tasbihkan suara gelontor air di pedasan mushola yang kosong.

"Lantas?" tanya saya. "Tak ada. Cuma berimprovisasi" "Terus?" "Tak ada terus. Itu awal dan akhir" "Kemudian?" "Hanya Gusti yang tak berawal dan tak berakhir" "Lalu?"

Dan? Ia tarik nafasnya. Ia hisap dalam-dalam embun yang ngegelayutnya ziarahi zaman di atap puncak cemara. Kemejanya ia buka. Lalu ia lempar di tumpuk jerami. Daun jati dalam hempitan ketiak ia taruh di atas batu. Kemudian ia biarkan mentari memasung kolbunya. "Jangan bebani diriku dengan pikiran yang tidak semestinya aku pikirkan Jak" tuturnya sembari telanjang.

"Kamu percaya Tuhan Jak?" "Tentu saja. In God we trust" "Siapa Tuhanmu?" Saya diam. "Siapa dirimu?" Saya masih diam. "Akulah Tuhan ucapnya Tuhan. Akulah nabi ucapnya nabi. Dan akulah diriku..." Ia kenakan lagi kemejanya. Dihempitnya kembali daun jati di antara jembut ketiak. Kopiah ia buang.

"Kau tak akan mengenal Tuhan sebelum kau mengenal dirimu sendiri Jak"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline