Lihat ke Halaman Asli

(Musik) He's The One: Paul Gilbert

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuma 100 ribu rupiah. Satu harga yang amat sangat murah untuk bisa menyaksikan kehebatan seorang maestro gitar dunia sekaliber Paul Gilbert. Konser bertajuk Paul Gilbert 2005 World Tour yang digelar oleh Total Production dan Lewi Yahya Production itu terasa berlangsung cepat, meski selama 2 jam penuh; besutan komposisi gitar gaharnya sukses menghipnotis mata dan menyihir telinga sekitar 200 penonton yang memadati pinggiran Pantai Festival Ancol, Jakarta; Rabu 13 Juli 2005. Dan lagi-lagi; jumlah penonton yang sangat minim tampak sangat memprihatinkan untuk konser seorang legenda hidup seperti Paul Gilbert.

Namun demikian; Paul Gilbert tetap menggendorkan energinya. Lagu demi lagu; melodi demi melodi mengalir dahsyat dari langkah-langkah jemarinya yang cepat menari lincah di atas Ibanez PGM seriesnya. Hits terbaik bersama Mr. Big dan Racer X, maupun dari album solonya; deras menghujam liar bagai jutaan simbol pertitur yang berhambur bersama warna-warna tata cahaya 500 ribu watt berkabut putih dalam teknik tinggi yang cepat. Membenamkan malam yang makin gemuruh dan gegap gempita dengan gempuran keras sound 100 ribu watt yang sangat menghentak degup jantung. Paul Gilbert mengolah ribuan nada cepat menjadi irama yang memukau. Tak heran jika dia disebut sebagai satu-satunya gitaris yang mampu merangkai sebuah permainan tempo tinggi dengan sangat bersih. Di barisan paling depan; saya cuma bisa berdiri menganga dan diam membelak mengikuti detik demi detik jalannya konser. Dimulai dengan Betrayer dan Bamboo sebagai band pembuka, kemudian disusul dengan kolaborasi 3 gitaris Indonesia; Eet Syahrani (Edane), Abdee Negara (Slank) dan Jhon Paul Ivan (eks Boomerang). Ini adalah kali ke-2 Paul Gilbert datang ke Indonesia; setelah sebelumnya dia menggelar konser solo tahun 2000 di Hard Rock Cafe Jakarta.

Paul Gilbert; Siapa yang tak mengenal namanya. Adalah salah satu nama beken dari jajaran terdepan gitaris terbaik dunia. Seorang musisi pemilik pesona bintang kejora membingkai bulan purnama di lengkung langit musikalitas.

Dedikasinya dalam kejayaan musik rock sejak tahun 80'an; telah membawa namanya mengangkasa memasuki gerbang ruang kalbu terdalam dari pecinta musik dan penggemarnya. Hingga saat ini; namanya masih selalu diagungkan, sebagai salah satu dewa dari dewa, sekaligus beast of the beast dalam tatanan imperium musik rock dunia.

Paul; begitu nama panggilannya, memulai karir musik bersama super grup band pengusung generasi speed metal; Racer X. Di tahun 85, Racer X yang beranggotakan Paul (Guitar), Juan Alderete (Bass), Harry Gschoesser/Scott Travis (Drumer) dan Jeff Martin (Vocal) kemudian menyusul Bruce Bouillet (2nd Guitar) meluncurkan debut album perdananya yang bertajuk Street Lethal.

Ke empat album studionya yang keseluruhan dikemas dalam komposisi Neoclassical dengan balutan teknik Alternate Picking, String Skipping, Arpeggio dan Legatto sebagai struktur khasnya; membuat nama Paul tercatat sebagai salah satu Top 10 Greatest Guitarist dari GuitarOne Magazine dan 50 Fastest Guitarist All Time dari Guitar World. Komposisi instrumental : YRO, Freenzy, Scarified, Viking Kong, Scit Scat Wah semakin mengukuhkan namanya dalam belantika Shredder Master dunia. Terlebih; hitsnya yang berjudul Technical Difficulties dinobatkan menjadi salah satu dari 10 lagu instrumental rock terbaik sepanjang masa.

Di tahun 1988, Paul dan Billy Sheehan (Bass) bersama Pat Tropey (Drum) dan Eric Martin (Vocal) mendirikan super grup band : Mr. Big. Tentunya grup band ini lebih familiar diantara pendengar musik rock di Indonesia dibandingkan dengan band pertamanya, Racer X.

Hits balada mereka; To Be With You dari album keduanya; Lean Into It, berhasil menggapai sukses puncak tangga lagu Amerika dan Eropa, dan bertengger kuat selama beberapa pekan di sana. Bersama Mr. Big; Paul telah mengeluarkan 6 album Studio dan 5 album Live.

Sayangnya; di kesempatan pertama Mr. Big datang ke Indonesia; saat itu Paul sudah tak lagi bersama Mr. Big. Di tahun 97, Paul memutuskan keluar dari band untuk solo project nya dan posisinya digantikan oleh Ricthie Kotzen (ex gitaris Poison); seorang gitaris flamboyan pengusung Blues dan Fusion, yang terdidik di bawah tangan ajaib maestro gitar paling jenius : Jason Becker (David Lee Roth Band/Cacophony).

Album-album solo Paul Gilbert memang kurang dikenal di Indonesia. Semenjak keluar dari Mr. Big, sampai saat ini telah 12 album studio yang dibuat oleh Paul dan seabreg proyek bersama artist lainnya. Termasuk didalamnya; G3 project bersama Joe Satriani. Tergabung bersama Nuno Bettencourt dalam Guitar War World Tour. Mengelola acara televisi untuk gitar klinik di Jepang bersama Marty Friedman. Menjadi salah satu guru besar di Guitar Institute of Technology di Los Angles Amerika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline