Pengantar
Akhir-akhir ini muncul berbagai informasi mengenai manfaat Ivermectin untuk menangani Covid-19. Informasi muncul dari pejabat negara dan beberapa orang yang merasakan manfaat dari Ivermectin. Saya juga mendapatkan informasi dari teman dekat yang merasakan manfaatnya.
Untuk memahami manfaat dari Ivermectin, saya mencoba menelusur internet untuk mendapatkan jurnal ilmiah mengenai pemanfaatan Ivermectin untuk penanganan covid-19. Saya menemukan salah satu artikel American Journal of Therapeutics 28, e299--e318 (2021), dengan tautan americasfrontlinedoctors.org. Saya ingin menyampaikan hasil bacaan saya dari artikel ilmiah ini, mungkin dalam beberapa tulisan.
Pendahuluan
Di awal tahun 2020, di awal mulai menyebarnya pandemik, beberapa perusahaan dan institusi mulai mengkaji hasil penelitian dan data klinis untuk mencari opti penanganan covbid-19 secara efektif.
Satu tahun setelah pandemi, satu-satunya terapi yang dianggap "terbukti" sebagai pengobatan yang menyelamatkan jiwa adalah penggunaan kortikosteroid pada pasien dengan penyakit parah. Selain itu, yang paling memprihatinkan adalah kenyataan bahwa belum ada obat yang terbukti efektif pada pasien rawat jalan untuk mencegah perkembangan penyakit agar tidak lanjut menuju rawat inap.
Baru-baru ini, hasil uji coba ivermectin, yang banyak digunakan sebagai obat antiparasit dengan sifat antivirus dan antiinflamasi, telah menunjukkan manfaat dalam beberapa hasil klinis dan virologi yang penting, termasuk kematian. Meskipun semakin banyak studi mendukung kesimpulan ini telah terkonfirmasi melalui peer-review, setengah data lain berasal dari manuskrip yang diunggah ke server pracetak medik.
Sejarah Ivermectin
Berawal dari isolasi bakteri Streptomyces yang tidak biasa pada tahun 1975 oleh Profesor Satoshi Omura dari Institut Kitsato dari tanah dekat lapangan golf di tenggara pantai Honshu, Jepang. Profesor Omura, bersama dengan William Campbell, menemukan bahwa kultur bakteri dapat menyembuhkan tikus yang terinfeksi cacing gelang Heligmosomoides polygyrus.
Campbell mengisolasi senyawa aktif dari kultur bakteri, dan menamai senyawa aktif tersebut "avermectin" dan menami bakterinya S. avermitilis karena kemampuan senyawa itu membersihkan tikus dari cacing. Ternyata, setelah penelitian puluhan tahun di seluruh dunia, diketahui bahwa mikroorganisme Jepang tetap menjadi satu-satunya sumber avermectin yang pernah ditemukan.
Ivermectin, turunan dari avermectin, kemudian terbukti revolusioner. Pada awalnya diperkenalkan sebagai obat untuk hewan, namun kemudian segera memberikan dampak bersejarah dalam kesehatan manusia, meningkatkan nutrisi, kesehatan secara umum, dan kesejahteraan miliaran orang di seluruh dunia sejak pertama kali digunakan untuk mengobati onchocerciasis (buta sungai) pada manusia pada tahun 1988. Obat ini kemudian terbukti ideal dalam banyak hal, sangat efektif, memiliki spektrum luas, aman, ditoleransi dengan baik, dan dapat dengan mudah diberikan.