Lihat ke Halaman Asli

Perbatasan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sejenak kutatap mega berarak
putih warna membiru angkasa
pudar warna hitam mendung berselerak
menahan rinai mata tak kuasa

ingin tertahan langkah berlari
pagi tak kuasa untuk selamanya meminta
sembunyikan kehangatan sinar mentari
walau tertutup tirai kabut tercipta

warna ada penghias merias hari
tersesat labirin intropeksi diri
bukan tentang setangkai mawar penuh duri
tapi cerita cermin retak condong kemari

buah berharga di cincang dibuang
menanam tidak, merawat enggan
memandang buas singkir kasar penghalang
adiktif perasa berhala sesembahan angan

buasnya liar ingat penyusuan
mesra hangat dinding perlindungan
sempurna angkuh mengemuka simpan nurani
sesaat iya selanjutnya bagai anai anai

pingir rimba,03,maret,2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline