Lihat ke Halaman Asli

Cambuk Kehidupan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


seberkas kilat cahaya menampar wajah tanpa rupa
penuh luka atas kata kata yang pernah dirangkainya
tersenyum ia meski darah mengalirkan rasa kecewa
tiada dendam amarah kala langit muntahkan amarah senja


ia membaca embun menarikan kerlip kunang kunang
berpulang riang membuka kembali lembaran usang
pada mula berangkatkan niat apa makna ingin dituang
sesaat dulu sebelum ia nekad pergi berpetualang


belajar melukis pasir pantai tanpa ditemani indahnya warna
terhapus bersih saat ombak menjilati bibir pantai
melukis kembali apa yang diinginkan menuang rasa
badai gelombang datang kembali menghapus lukisan tanpa warna


berpindah waktu coba memahat kerasnya batu karang
tak urungkan niat meski tajam ceruk runcing menghadang
dengan peralatan seadanya ia mencoba kembali mengukir kisah untuk dikenang
meski raga harus karam di dasar lautan nan tenang

pinggir rimba

11-maret-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline