Lihat ke Halaman Asli

Ariyani Na

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga

Sedang Apa Anak Kita Saat Ini?

Diperbarui: 23 Juli 2015   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Saya bungsu dari sepuluh bersaudara, dan dulu tinggal di rumah sederhana di dalam gang sempit. Jarak kelahiran antara satu anak dengan anak yang lain hanya 2 tahun, sehingga pembaca bisa membayangkan bagaimana kondisi kami saat itu.

Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, ayah saya sudah mengajarkan anak-anaknya untuk membantu mencari uang, ada yang membantu usaha menggiling kopi dan berjualan dipasar, dan ada pula yang menjajakan es mambo sambil mengasuh adiknya.

Masalah bertambah karena ayah saya meninggal dunia saat usia saya 6 tahun, sehingga ibu dan kakak-kakak saya yang sudah besar mengambil alih beban mencari penghasilan untuk meneruskan kehidupan.

Karena sebagian anak harus menanggung beban untuk ikut mencari uang, maka tidak semua anak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, hanya 5 anak termasuk saya yang dapat meraih gelar sarjana, itupun karena ayah saya sudah menyiapkan asuransi pendidikan sebelum meninggal.

Karena pernah merasakan susahnya hidup dengan latar belakang kondisi ekonomi yang pas-pasan, membuat kami anak-anaknya tidak ingin mengikuti jejak orang tua kami yang memiliki banyak anak. Kami berusaha untuk memberikan kehidupan layak bagi anak-anak kami dan berusaha agar mereka dapat menikmati masa kanak-kanak seperti anak-anak lainnya.

Alasan yang kami pakai untuk tidak memiliki banyak anak, mungkin juga menjadi alasan banyak orang tua-orang tua sekarang ini untuk secara sadar mengikuti pentingnya keluarga berencana.

Alasan agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan memberikan kehidupan yang layak serta memberikan masa depan yang baik untuk anak-anaknya, juga menjadi sebab banyak orang tua sekarang, istri dan suami sama-sama bekerja keras, hingga pengasuhan anak diserahkan kepada pihak ketiga.

Disisi lain,  karena merasa mampu membayar pihak ketiga untuk mengasuh anak-anak, dan merasa lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bahkan merasa yakin dapat menyediakan dana untuk masa depan anak-anaknya, saat ini ada keluarga yang tidak peduli lagi dengan program keluarga berencana.


Semakin sibuk mencari uang dan semakin tinggi karir yang sedang dicapai, maka semakin sedikit waktu yang dapat diluangkan untuk anak-anak, sehingga sebagai gantinya anak akan dimanjakan dengan pemenuhan kebutuhan materi yang diinginkan.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline