Lihat ke Halaman Asli

Ariyani Na

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga

Usia 30 Batas Terbaik untuk Menjomblo?

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca curahan hati seorang Ketty Perry di sini, yang mengaku susah mencari pasangan di usia yang akan memasuki angka 30 dan merasa sudah membuang waktunya dengan hal tidak berguna dalam hal hubungan mencari pasangan, membuat saya ingin menganalisa, apakah benar 30 menjadi batas terbaik untuk menjomblo?

Tiga puluh seringkali menjadi batas para orang tua untuk ikut sibuk mencarikan pasangan bagi anaknya karena mereka khawatir anak akan nyaman dengan kesendiriaannya, dan di sisi lain mereka menyadari usia mereka sudah semakin tua, merasa tidak dapat terus menemani dan mengurus anaknya, dan akan lebih tenang bila anaknya sudah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.

Secara umum kegiatan untuk usia 0 hingga 30, dapat kita bagi sebagai berikut :

Usia 0 –17 : usia untuk kegiatan bermain dan sekolah

Usia 18 – 22 : usia kuliah (bagi yang minat dan mampu untuk melanjutkan), bagi yang tidak, biasanya akan langsung bekerja

Usia 23 – 30 : usia bekerja dan berpenghasilan.

Dengan demikian kita dapat melihat bahwa saat usia 30,seseorang sudah menghabiskanwaktu lebih dari 7 tahun untuk bekerja dan mencari uang.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, di usia 30, seorang pria biasanya sudah berhasil menyisihkan pendapatannya guna membentuk keluarga, seperti membeli rumah, kendaraan dan modal untuk keperluan acara pernikahan.

Karena merasa sudah memiliki modal untuk membangun rumah tangga, biasanya pria menetapkan kriteria yang agak tinggi untuk pasangan mendampinginya, baik dari kondisi fisik, usia, dan latar belakang.

Di luar syarat harus seiman, mereka umumnya mencari gadis usia 20 -25, dengan wajah yangmanis/cantik, bentuk badan yang ramping, dan sejumlah kriteria lainnya serta sangat memperhatikan latar belakang pendidikan dan keluarga.

Dengan menetapkan kriteria ini,sesuai teori kemungkinan, maka untuk cepat mendapatkan pasangan sesuai idaman sangatlah kecil, karena umumnya gadis di usia 20 -25masih senang untuk mencari yang dianggapnya lebih baik, masih senang meniti karier atau pendidikan dan tidak ingin berumah tangga karena menganggap bahwa berumah tangga membuat cita-citanya tidak terlaksana.

Untuk wanita berusia 30 atau lebih akan lebih sulit mencari pasangan karena pria seusianya biasa lebih mencari gadis yang lebih muda. Kebanyakan pria yang mendekati biasanya sudah pernah berumah tangga a.k.a duda baik bercerai hidup atau ditinggal istri karena meninggal, dan tidak banyak yang mau menikah dengan pria dengan status duda dengan berbagai alasan, antara lain tidak ingin menjadi ibu tiri.

Melewati usia 30 apalagi lebih dari 35 tahun, baik pria maupun wanita yang belum memiliki pasangan, dengan kondisi yang sudah mapan, artinya merasa dapat hidup sendiri walaupun tanpa pasangan, akan mengalami penurunan semangat dalam mencari pasangan. Mereka biasanya berubah menjadi penurut dengan mau dipertemukan dengan seseorang yang dikenalkan oleh teman orang tua atau kerabat (dimakcomblangkan), baik dengan alasan menenangkan hati orang tua ataupun dengan sedikit harapan bahwa orang tersebut sesuai harapan.

Saat menulis ini, kebetulan ada pesan masuk yang bunyinya demikian:

“ Usia 1-30 tahun jodoh di tangan Tuhan, di atas 30 tahun, Tuhan lepas tangan “

Satu lagi

“ Usia 1 -30 tahun jodoh di tangan sendiri, di atas 30 tahun, jodoh di tangan Tuhan alias berserah tapi bukan pasrah”

Isi kedua pesan di atas tentu tidak benar, karena jodoh tentu di tangan Tuhan dan kapan pun waktunya tetap Tuhan yang mengatur, dan kita tetap perlu berusaha untuk mencarinya.

Meskipun banyak teman yang saya jumpai, di usia menjelang usia 40 tetap hidup sendiri, namun ada juga yang akhirnya menikah, baik dengan teman sekolah dulu, ataupun dengan teman yang biasa ditemui di tempat ibadah, itulah yang disebut jodoh.

Terakhir saya tutup dengan pesan, terkadang kita berpikir terlalu jauh siapa dan di mana jodoh kita, padahal Tuhan sudah menyediakan orang yang ada di sekitar kita menjadi jodoh kita, jangan sampai terlambat menyadarinya. *senyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline