Lihat ke Halaman Asli

Ariyani Na

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga

Prinsip Meminjamkan Uang

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah merasa kesal karena niat baik untuk menolong tetapi yang diberi pertolongan malah mengkhianati kepercayaan yang kita berikan? Atau lebih mudahnya begini, pernahkah ada yang datang kepada kita untuk meminjam uang dengan berbagai alasan hingga membuat kita iba dan tergerak untuk membantu, namun setelah kita bantu, uang yang dijanjikan untuk dikembalikan tidak kunjung tiba, malahan berbalik menjadikan kita seolah pengemis yang meminta-minta uang dikembalikan atau bahkan bukan uang yang kita dapatkan justru caci maki dari si peminjam.

Kasus pinjam meminjam yang saya maksudkan bukan dalam kapasitas sedang berbisnis, namun dalam lingkup pertemanan, kenalan atau kekerabatan.

Dulu saya pernah merasa kesal ketika seorang teman meminjam uang dengan alasan harus membayar tukang yang sedang membetulkan rumahnya, namun hingga beberapa bulan kemudian tidak ada niat dari teman tersebut mengembalikan, padahal di status sosmednya tergambar bahwa Ia banyak melakukan kegiatan yang saya kira seharusnya cukup untuk mengganti uang saya.

Jangankan untuk menagih uang yang dipinjam, mengganti uang kas yang dipakainya saja selalu dijawab belum ada uang untuk mengganti, yang ada justru malah menceritakan kisah keluarganya yang sakit atau kejadian yang membuat kita merasa tidak tega untuk menagih.

Perasaan kesal saya berkurang setelah berdiskusi dengan seorang teman lain yang uangnya dipinjam juga oleh si peminjam yang sama, dan jumlahnya 4 kali lebih besar dari uang yang dipinjam orang itu kepada saya dan tidak dikembalikan juga.

Berikut saya akan bagikan bagaimana prinsip meminjamkan uang yang saya pegang, yang mungkin dapat memberikan pencerahan.

Tujuan meminjamkan uang

Tujuan kita memberikan pinjaman tentu untuk menolong atau memberi jalan keluar bagi teman/kerabat yang sedang membutuhkan. Apa yang kita dapatkan dari tindakan ini? tentu hati kita akan diliputi perasaan bahagia karena merasa telah berbuat kebaikan.

Perasaan bahagia karena telah melakukan tindakan kebaikan akan berubah menjadi marah, kesal manakala yang kita beri pinjaman tidak mengembalikan uang yang dipinjamnya.

Agar tujuan berbuat kebaikan tersebut tidak berubah menjadi hal buruk, maka sebelum memberi pinjaman, pastikan kita akan ikhlas bila orang tersebut tidak mengembalikan.

Siapa yang meminjam dan alasan meminjam

Biasanya yang berani datang untuk meminjam adalah orang yang sudah kenal dengan kita, dan kita pun cenderung hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang sudah kita kenal dengan baik.

Kenal dengan baik saja sepertinya belum cukup menjadi alasan untuk kita mempercayakan sejumlah uang untuk dipinjamkan, melainkan kita harus juga melihat ‘track record’si peminjam.

Teman peminjam yang saya ceritakan diatas, ternyata ‘hobby’ meminjam uang dengan berbagai alasan dan aksinya ini juga ternyata sudah lama dilakukan. Mencari komunitas baru, berkenalan atau pura-pura menjalin bisnis, dan akhirnya menghilang.Untuk mendapat kepercayaan, pertama kali meminjam mungkin akan dikembalikan dengan tepat waktu namun setelah itu meminjam kembali dalam jumlah lebih besar dan tidak dikembalikan.

Agar kita tidak tertipu dengan tipe teman yang seperti ini, maka kita harus mengenal betul bagaimana kehidupan si peminjam, apakah benar-benar layak untuk diberi pinjaman karena memang sedang dalam kesulitan keuangan atau sekedar hanya untuk menutupi kebutuhan gaya hidupnya saja.

Besarnya yang dipinjamkan

Mengingat tujuan meminjamkan adalah untuk membantu, dan ada kata ‘ikhlas’ saat meminjamkan, maka kita harus memastikan bahwa uang yang kita pinjamkan adalah uang ‘nganggur’ bukan uang yang sedangatau akan dipakai untuk memenuhi kehidupan kita sendiri.

Karena dasarnya ‘ikhlas’ maka besarnya pinjaman yang kita berikan tentu sesuai dengan keikhlasan yang dapat kita berikan seandainya uang tersebut tidak dikembalikan.Mungkin besarnya jauh dari yang ingin dipinjam, namun jangan pernah merasa sungkan karena kita hanya dapat membantu sepersekian dari nilai yang dibutuhkan, karena bagi si peminjam yang sedang benar-benar membutuhkan, berapapun besarnya yang kita bantu akan merasa sangat berterimakasih.

Karena kita sudah merasa ikhlas, maka kita tidak akan repot untuk menagih bila si peminjam tidak kunjung mengembalikan, karena biasanya bila si peminjam akan malu untuk meminjam kembali bila belum mengembalikan uang yang dipinjamnya dahulu.

Jangan pernah terkecoh dengan sifat seseorang yang memang ‘hobi’ meminjam uang, karena terkadang kita merasa melihat ada itikad baik orang it mengembalikan uang yang pernah dipinjamnya, maka kita akan memberi pinjaman lebih besar dari pinjaman sebelumnya karena percaya orang tersebut akan mengembalikannya. Sebaiknya tetap pada besarnya pinjaman yang dapat kita ikhlaskan bila uang tersebut tidak kembali.

Tidak perlu merasa sungkan bila memang kita tidak memiliki uang untuk membantu apalagi harus mengorbankan kebutuhan pokok keluarga, bahkan malah meminjam kepada orang lain hanya karena merasa kasihan, karena biasanya yang dipinjamkan tidak membayar, malah kita akhirnya terjerat hutang kepada pihak lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline