Lihat ke Halaman Asli

Ariyani Na

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga

Polemik Naik Turun Harga BBM

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih teringat pada tanggal 18 November 2014, dimana hari itu mulai diberlakukan harga baru BBM Subsidi Rp. 8.500,- yang awalnya Rp. 6.500,- semua angkutan umum langsung menaikan tarifnya, sampai-sampai asisten harian saya datang-datang langsung curhat karena uang ongkosnya kurang dan Pak sopir tidak mau toleransi. Belumlagi harga sayur di pasar, pedagang menaikan harga dengan alasan ongkos angkutnya naik.

Kondisi diatas tidak berlaku sebaliknya saat Pemerintah menurunkan harga BBM Subsidi, dari Rp. 8.500 menjadi Rp. 7.600 pada tanggal 1 Januari 2015 dan Rp. 6.600,- pada tanggal 19 Januari 2015. Meskipun pengumuman harga baru dilakukan 2 hari sebelum hari H, namun pada saat hari H tidak ada tanda-tanda adanya penurunan harga barang, ongkos angkutan tidak semua mau menurunkannya.

Kenaikan danpenurunan harga BBM subsidimemang biasa terjadi, namun bila dilakukan dengan dengan jarak waktu yang sangat berdekatan baru terjadi di pemerintahan Jokowi dan ini menimbulkan sejumlah permasalahan yang berujung pada kerugian konsumen.

BBM Naik - Harga Naik, BBM Turun - Harga Belum Tentu Turun

Kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan harga barang karena besarnya kenaikan tersebut akan masuk kedalam biaya operasional produksi, dan sejumlah perusahaan mungkin juga sudah menaikan tunjangan transport pegawai dan inipun dihitung ke dalam biaya produksi.

Penurunan harga BBM tidak dapat serta merta menurunkan kembali harga barang mengingat tidak mungkin perusahaan menurunkan tunjangan transport pegawai dan biaya produksi lain yang sudah terlanjur dinaikkan. Belum lagi harga bahan baku yang sudah dibeli dengan harga ikut naik ketika harga BBM dinaikan.

Tidak ada pedagang yang mau mengalami kerugian, artinya meskipun harga BBM turun, harga barang kebutuhan pokok belum tentu langsung dapat mengalami penurunan, pedagang akan tetap menjual sesuai harga saat mereka membeli dan konsumen tidak mendapatkan dampak positif dari penurunan harga BBM subsidi tersebut.

Kelangkaan BBM

Mengingat prilaku masyarakat kita yang rela berjuang dan menahan diri demi dapat menghemat sejumlah uang meskipun bila dihitung selisihnya tidak begitu besar, namun akan dapat menimbulkan masalah.

Malam menjelang diberlakukan penurunan harga BBM, banyak SPBU sepi pengunjung, rupanya banyak yang menahan diri untuk mengisi bahan bakar kendaraannya dan menunggu diberlakukan harga baru. Kondisi ini bertolakbelakang bila harga BBM subsidi naik, SPBU ramai-ramai diserbu pengunjung hingga terjadi antrian panjang yang mengakibatkan kemacetan panjang.

Karena banyak yang menahan diri dan menunggu membeli harga baru, maka di hari H saat harga baru berlaku, tentu SPBU akan ramai dan tentu akan kehabisan stock, sehingga menyebabkan kelangkaan BBM, seperti yang ditulis mbak Fidiawati http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2015/01/20/curhat-imajinasiku-dengan-pak-presiden-jokowi-bbm-turun-697509.html

Masalah harga BBM ini tentu akan terus menjadi masalah selama negara kita masih melakukan impor bahan baku, karena harga BBM akan sangat dipengaruhi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap USD, namun sebaiknya pemerintah juga perlu mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial yang terjadi bila kenaikan dan penurunan harga BBM dilakukan dengan jarak waktu yang pendek, karena stabilitas harga pasar akan terganggu dan berdampak pada inflasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline