Lihat ke Halaman Asli

Ariya Hadi Paula

Penulis adalah Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora.

Bataviasche

Diperbarui: 6 September 2023   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

BATAVIASCHE

By Ariya Al Batawy

"Buaye Lu pade!" teriak  Bek Taher sambil menampar ketiga perampok bersarung ala ninja di hadapannya.

Sang jawara asal Kampung Tongkol merasa belum puas, ditariknya sarung seorang rampok sehingga lepas dan terlihat wajah  lelaki tua yang ketakutan. Penjahat itu memohon ampunan dan mengaku menyesal atas tindakannya. Kedua temannya pun mengikuti.

"Enak aje Lu! Udeh ngambil harte orang, eh Lu perkose juge anaknye, tapi sekarang pade minta diampunin. Mampus aja dah Lu semue!" umpat guru pencak silat itu sambil mengeluarkan golok dari sarungnya.

Namun sebelum senjata tajam itu terayun, Bek Rahmadi menahan tangan sobatnya. Guru silat asal Kampung Pulo itu  meminta Bek Taher menahan emosinya.  Menurutnya  para perampok seharusnya diserahkan kepada utusan Pemerintah Hindia Belanda.

"Sabar Bang. Kite unjukin aje ini  maling same Mister Berry," ujarnya. Namun  wajah Bek Taher masih tampak marah memerah.

"Siape yang nyuruh Elu pade ngerampok di kampung Gua?" tanya Bek Taher dengan gusar.

"De... De... Demang Hamdani, jawab perampok yang sudah lepas sarungnya.

"Plok!" tamparan keras melayang ke pipinya. Setelah memberi hadiah atas pengakuan itu, lalu Bek Taher menyarungkan golok dan meninggalkan tempat penangkapan para perampok yang biasa gentayangan di pemukiman sepanjang pantai Jayakarta, sebelum berganti menjadi Batavia pada tahun 1619.

Para murid perguruan silat  Kampug Tongkol segera mengikat ketiga rampok lalu digiring masuk ke sebuah kandang kuda. Sementara guru silat sekaligus penjaga keamanan  dari Kampung Pulo, Bek Rahmadi  menyusul abang seperguruannya. Keduanya  adalah putra Betawi  yang dikenal anti penindasan, baik yang diakukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) maupun para penjahat berdarah pribumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline