Lihat ke Halaman Asli

Ari Windarto

Suka membaca tapi kurang ahli menulis.

Emosiku Tertambat di Tugu Jogja

Diperbarui: 30 Juni 2021   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu masa. Tapi sebelumnya perlu kalian tahu. Aku tidak pandai menuliskan kisahku. Owh...!

Sore hari itu cuaca mendung. Sedikit gerimis. Langkahku terhenti. Ada yang menghalangiku, entah apa atau siapa, I don't care! Aku lebih asik dengan handphone kesayanganku. Membaca dan membalas WhatsApp teman-temanku.

Sesaat berlalu. Sesuatu yang ada didepanku tidak bergerak. Seperti diam membisu. Timbul rasa penasaranku. Aku angkat mukaku ke arah depan. Dan aku terpana seketika.

Beberapa tahun yang lalu aku pernah main ke Tugu Jogja. Ada janjian sih dengan teman. Bukan teman biasa bagiku. Kami janjian ketemu di sebelah utara Tugu Jogja. Dan akhirnya kami pun tidak pernah ketemu. Karena aku dengar setelah beberapa hari kemudian temanku yang bukan teman biasa ini mengalami kecelakaan. Lumayan parah. Tapi pada saat malam itu aku benar-benar kesal karena merasa dipermainkan. Harus menunggu sekian lama tanpa ada kepastian, tanpa ada penjelasan.

"Kau masih ingat aku?" Kata seseorang yang ada di depanku. Yang sesaat menghalangi langkahku. Aku diam. Masih terpana. Otakku seperti membeku. Apakah karena air gerimis? Entahlah!

"Kamu lupa ya sama aku?" Katanya lagi. Kejadian itu benar-benar cuma sesaat, dan begitu cepat. Sementara otakku tiba-tiba merespon dengan sangat lambat. Mencoba mencari-cari apa yang pernah tersimpan di memoriku.

"Kamu benar-benar lupa ya sama aku?" Tambahnya lagi. Aku mungkin terlihat seperti salah tingkah. Melirik ke kanan, ke kiri, lalu ke arahnya lagi. Masih hang otakku. Entah sadar atau tidak handphone kumasukkan ke saku celana. Ke sebelah kiri nyangkut powerbank, kupindah sebelah kanan ah aman!

"Kamu Adi kan?"
Tanpa jeda langsung kujawab," Iya!"

"Adi Bantul kan?"
Kujawab lebih spontan ," Iya!"

"Anaknya pak Heri kan?"
"Iya!"
"Tuh kan benar! Aku tidak salah orang. Kenapa kamu diam aja Di?"
"Owh..."
"Kamu tidak berubah Di. Dari dulu masih sama ya! Hihi..."
Senyumnya itu.

Merasa kesal karena tidak jadi ketemu dengan temanku, aku pun berlalu meninggalkan Tugu Jogja. Kulangkahkan kakiku menuju Malioboro. Aku tak peduli gerimis yang pelan-pelan membasahi tubuh. Dingin tak ku hiraukan. Bunyi notifikasi handphone tak kugubris. Bodo amat!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline