Lihat ke Halaman Asli

ARIVAIE RAHMAN

Dosen dan Peneliti Tafsir al-Qur'an Nusantara

Mengenang Aksara Melayu yang Hampir Terkubur

Diperbarui: 3 Juni 2021   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenang Aksara Melayu yang Hampir Terkubur (unsplash/green chameleon)

Aksara adalah simbol peradaban dan identitas kebudayaan. Kekekalan aksara menjadi indikator akurat untuk mengukur: apakah suatu bangsa masih kuat bertahan atau telah hengkang dari kompetisi kehidupan. 

Sesuai dengan makna Sanskerta yang disandangnya, "a" (tidak) dan "kshara" (termusnahkan). Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan aksara Melayu di Riau?

Aksara Melayu atau yang disebut juga dengan huruf Jawi --aksara orang Jawah-Nusantara- hanya dipahatkan di papan nama masjid, kantor, dan instansi lainnya. Sementara yang lain ditulis pada palang nama jalan yang bercat putih berlatar hijau. Itupun terkadang kaidah penulisannya kerap keliru, sungguh ironis. 

Tidak dapat disanggah, keberadaan tulisan Melayu-Jawi merupakan buah inkulturasi bangsa Arab dan kerasnya upaya Islamisasi di tanah Melayu. Meskipun demikian, aksara Melayu tidak seutuhnya sama dengan aksara Arab. 

Baca juga : Songkok Hitam Orang Melayu Daik

Bukti historis menunjukkan bahwa Syekh Nuruddin al-Raniri (w. 1658) seorang mufti kerajaan Aceh asal daratan India tidak mampu menulis dalam aksara Melayu tanpa bantuan orang Aceh untuk menyusun kitab Shirt al-Mustaqm.

Begitu pula kasus yang terjadi pada Syekh Abdurrauf al-Singkili (w. 1693) yang terlalu lama ber-mustautin di Timur Tengah terpaksa meminta beberapa asisten demi kelancaran penulisan karya-karyanya. 

Ini sekelumit bukti aksara Melayu memiliki perbedaan mendasar dengan aksara Arab. Paling tidak dapat dikatakan hurufnya sama, namun cara membacanya berbeda. 

Ditambah lagi dengan beberapa huruf konsonan yang sama sekali baru bagi orang Arab. Terdapat tambahan huruf "ca" (), "nga" (), "pa" (), "ga" (), dan "nya" (). Jadi, aksara Melayu merupakan aksara mandiri dan berhak untuk dipatenkan oleh bangsa Melayu.

Baca juga : Meskipun Mirip, Ternyata Minang dan Melayu Itu berbeda!

(canal-midi.info)

Pertanyaan penting untuk dijawab, mengapa orang Melayu menulis dengan aksara tersendiri? secara fungsional, aksara Melayu semulanya digunakan sebagai media komunikasi yang mempersatukan lintas suku bangsa, bahkan lintas negara sejak ditemukannya prasasti Terengganu abad 8 H / 14 M. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline