Lihat ke Halaman Asli

Menulis; Dari Hobi Hingga Profesi

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah Refleksi dalam Proses Pembelajaran

di negeri saya, pembuat pedang itu disebut empu, untuk menjadi empu harus bertapa, untuk memiliki tenaga ghaib, jadi tidak sembarang orang bisa membuat pedang pusaka

(Empu Ranubaya, Tutur Tinular 4; Pedang Naga Puspa, menit 3.04 part 05.)

Sekilas Tentang Bakat Menulis

Banyak orang beranggapan bahwa tidak semua orang bisa menulis, sebab mengembangkan kreativitas menulis itu teramat sulit, dan butuh bakat tertentu. Padahal, semua orang dilahirkan dengan kadar potensi yang sama. Mereka memiliki volum otak, jumlah jantung dan hati yang sama. Selama ini belum ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa orang cerdas, genius, sehingga mampu menemukan banyak hal memiliki kadar organ otak berbeda.

Hanya saja, terkadang seseorang terlambat menyadari hal itu. Karena sejak kecil telah dicekoki keyakinan bahwa manusia dilahirkan dengan bakat yang berbeda. Apalagi adanya fatwa “manusia lahir dengan garis takdirnya sendiri, sehingga segala nasib baik buruknya telah ditentukan sejak zaman azali dan tidak bisa diganggu gugat” benar-benar telah metikan keinginan untuk mengusahakan sesuatu yang tampak sulit. Sehingga banyak pemuda yang enggan berkeinginan (berita-cita) diluar kebiasaan masyarakat sekitarnya.

Sekilas memang tidak ada yang keliru dengan jargon tersebut, namun perlu disadari, bahwa takdir tidak lah kaku. Manusia tetap memiliki satu kekuatan untuk melakukan upaya perubahan atas keadaan dirinya. Karena itu, Tuhan membekali akal, dan hati (perasaan) untuk melakukan upaya tersebut dalam kehidupannya. Takdir hanyalah batas akhir dari usaha yang dilakukan. Mengapa? Karena manusia hanya mampu berusaha “menjadi” sesuai dengan keinginannya, namun tidak memiliki kekuatan untuk “jadi” sesuai dengan hatapannya. Karena itu, hanya Tuhan lah yang mampu membuat manusia “jadi” sosok tertentu.

Pada dasarnya, semua orang bisa menulis. Tidak ada alasan untuk menolak argumen tersebut, sebab tidak ada orang yang tidak bisa “berbicara”. Sementata tulisan adalah alih rupa dari audio menjadi abjad, dari gelombang suara menjadi simbol aksara. Selama dia adalah orang waras, yang bisa memfungsikan akal pikirannya dengan baik, tentu akan ada banyak hal yang bisa difikirkannya menjadi sebuah pemikiran yang bisa dituliskan. Karena itu, tidak ada alasan pula bahwa kita tidak bisa menulis karena tidak menemukan topik menarik untuk ditulis.

Kunci utama seorang penulis adalah “keinginan” untuk menulis yang tidak dimiliki semua orang. Karena perbedaan keinginan itu lah, menyebabkan manusia memiliki nasib dan keadaan berbeda. Ketika keinginan untuk menulis itu ada, maka semua yang terlihat, dipikirkan, dan dapat direnungkan, kemudian akan lahir menjadi sebuah tulisan mengagumkan yang akan menggugah sanubari pembacannya.

Namun sebaliknya, apabila keinginan untuk menulis tidak muncul, sebanyak apa pun ide dan gagasan yang ditemukan tidak akan pernah mewujud sebuah tulisan, kecuali hanya berupa catatan-catatana kecil disecarik kertas yang tidak dimengerti siapa pun. Dan seiring dengan berjalannya waktu, catatan ide brilian itu akan terlupakan, dan hilang ditelan masa.

Karena itu, rawatlah baik-baik “keinginan” untuk menulis tersebut. Sebab, hal tersebut merupakan kunci utama seseorang berproses menjadi seorang penulis.

Kometmen Awal untuk Menulis

Ada beberapa alasan orang belajar menulis, pertama: sekedar ingin tahu retorika kepenulis, belajar meletakkan titik (.) dan koma (,) yang benar pada tulisan, belajar mengenal paragraf, menyusun kalimat dan sebagainya. Kedua: menjadikan “menulis” sebagai hobi dan mengisi waktu luang, mereka akan menulis apa pun yang pernah dilihat, dipikirkan, dan dibaca, tanpa pernah mau berfikir apakah tulisannya itu penting, menarik buat orang lain, atau berfikir tulisannya berbentuk opini, essai, atau apa pun. Baginya, ketika ada waktu senggang segera menulis.

Ketiga, menulis sebagai identitas, dan jati diri. Kalangan ini mengupayakan hidup dari menulis, bagi mereka adanya tulisan sebagai karyanya, menjadi bagian bukti akan adanya  orang tersebut. Karena itu, bung zainal arifin (alm) menulis bukunya dengan judul “aku menulis, maka aku ada”. Karena itu, kalangan ini akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk terus menulis. Tentu tidak sekedar menulis, sebab kalangan ini menginginkan tulisannya selalau dibaca orang, dinanti pembaca, dan juga yang lebih penting ide dati tulisannya didiskusikan, ditanggapi, dan diikuti orang lain.

Selain itu, dengan menulis kita bisa menyisakan sepenggal pikiran, renungan, gagasan, kegalauan, dan keinginan yang sempat melintas di benak kita. Melalui tulisan, kita bisa menjadikan sebagian hidup kita, untuk dapt hidup abadi, tanpa bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Melalui tulisan, ide kita akan mengelana, menyapa orang-orang dibelahan bumi lainnya yang tidak kita kenal, melalui tulisan kita mengukir sejarah; sejarah yang akan terus dikenang orang lain. KH. Abdurrahman Wahid, Soe Hoe Gie, dan Achmad Wahib, dan masih banyak sosok terkenal lainnya yang mengabadikan hidupnya melalui tulisan.

Lalu, untuk apakah kita belajar menulis? Komitmen awal seseorang yang hendak belajar menulis menjadi penentu kemana arah perjuangan tersebut bermuara. Bila belajar menulis hanya sekedar mengisi waktu luang, tentu ia tidak akan pernah berfikir untuk mempublikasikannya ke media, tapi orang yang hendak menjadikan dunia kepenulisan sebagai bagian dari identitas kehidupanya, tentu ia akan  menulis dengan semangat menyala. Mereka telah memantapkan hati dan pikiran untuk menjadi seoarng penulis.

Namun begitu, untuk menjadi seorang penulis, membutuhkan proses yang begitu panjang, berliku, terjal dan mengerikan; maaf, bukan bermaksud menakut-nakuti. Tapi demikianlah faktanya, orang yang hanya bermain-main belajar di dunia kepenulisan pada akhirnya akan menyerah dan kalah.  Dari beberapa pengamatan setiap kali ada pelatihan yang bersinggungan dengan kepenulisan, hampir dipastikan peminat program ini begitu banyak hingga panitia terkadang mesti melakukan penyeleksian awal, apalagi kalau tidak ada seleksi maka ruangan yang disediakan panitia akan penuh dengan peserta. Tapi jangan heran, bila lambat laun beberapa peserta itupun kabur tanpa pamit; memang tidak pernah ada orang kabur   pamit duluan.

Memang, belajar menulis butuh kesabaran yang ekstra, berlatih tanpa pernah mengenal lelah; lagi-lagi bukan bermaksud memberatkan, hanya saja untuk meyakinkan bahwa pilihan untuk belajar menulis sudah mantap atau sekedar ingin coba-coba. Disinilah kata kunci terpenting, berproses tanpa pernah berhenti. Menulis, menulis, dan terus menulis. Tentu, dari kalimat tersebut “evaluasi” pada perkembangan tulisan kita menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan. Artinya, setiap menghasilkan satu tulisan, hendaknya dibaca secara seksama kemudian bandingkan dengan hasil tulisan sebelumnya.

Banyak orang gagal pada tahapan ini, mereka hanya menulis tanpa pernah membaca, menelaah, atau mendiskusikan tulisannya dengan orang lain. Akibatnya, alur tulisannya tidak mengalami perubahan berarti, monoton dan tidak menarik. Padahal, fase ini begitu penting bagi seoang penulis. Kritik, dan koreksi pada tulisan kita, scara otomatis akan membuat tulisan kita menjadi lebih baik.

Karena itu, kunci utama seseorang yang hendak belajar menulis, dan ingin sukses sebagai seorang penulis, tiada lain adalah komitmen kuat untuk terus, dan terus menulis tanpa berhenti. Tanpa itu, semangat belajar menulis akan mengalami penurunan hingga kemudian hilang tanpa disadari.

Jadikan menulis sebagai “sarapan” yang tanpanya kita tidak bisa beraktivitas, lemah, dan tidak semangat menjalani kehidupan. Jadikan menulis sebagai “detak jantung” yang ketiadaannya adalah kematian bagi semua organ tubuh kita. Jadikan menulis, sebagai “shalat” yang kealpaannya akan membuat kita dimurkai oleh Tuhan, sang pencipta alam ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline