Lihat ke Halaman Asli

aris wandi

إقرأ

15 Tahun Kenangan Luka Tsunami Aceh 26 Desember 2004

Diperbarui: 27 Desember 2019   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu dari tiga komplek pemakaman massal di Aceh Barat yang berada di Gampoeng Beuregang (26/12/19).

Tsunami di Aceh merupakan bayang-banyangan bagi saya dan masyarkat Aceh yang sangat menakutkan apabila di ingat kembali sejarah silam. Tragedi Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 menjadi momen paling menakutkan dan momen palin bersejarah bagi saya.

Ini kisah saya Ariswandi Si Anak Mungil.

Pada suatu hari di pagi hari mentari menyinari begitu indah, seolah mengabarkan kepada saya yang bahwa hari ini akan terhenti sejenak dengan keindahan sinarnya.

Pagi itu di gubuk kediaman saya sedang melakukan persiapan untuk kanduri hajatan sunat rasul adik saya sehari sebelum kejadian Tsunami tanggal 25 Desember 2005. 

Kami sekeluarga melakukan segala persiapan untuk menyambut tamu undangan esok harinya, baik dari kalangan sanak saudara, tetangga dan teman-teman saya. Hari itu saya dan orangtua saya merasa ada yang aneh karena persiapan sudah semua dilakukan akan tetapi ada yang kurang yaitu saudara-saudara dari sebelah ayah tidak ada yang datang, namun kami tak berfikir jauh mungkin saja lagi persiapan untuk hadir ke tempat kami.

Hari mulai malam dan keanehan gelapnya malam mulai terasa, pada malam itu angin tiada berhembus suara-suara kebisingan diluarpun terasa terhenti. 

Mungkin inilah suatu petanda namun tidak bisa saya nalarkan dengan fikiran, tidak berfikir panjang saya langsung tidur karena merasa kelelahan seharian melakukan persiapan acara esok harinya.

Ayam mulai berkokok pertanda fajar akan menyambut mentari. Jam 06:00 wib, saya berkumpul-kumpul dengan keluarga pihak mamak namun keluar dari pihak ayah belum kunjung datang.

Mamak saya memanggil saya, "neuk beuk neu jak sahoe boeh uroe nyoe, nyoe poen ta peget acara di rumoeh tanyoe jadi bek jioeh-jioeh atek siat tek ka troek jame (nak, jangan pergi kemana-mana ya, ini pertama kita membuat acara di rumah kita jadi jangan pergi jauh-jauh, nanti sebentar lagi akan sampai tamu undangan)".

Saya menjawab, "beuh mak hana loen jak sahoe (iya mak saya tidak pergi kemana-mana)".

Ayah,mamak, saudara dan tetang-tetangga membantu segala persiapan. Tepat jam 08:30 saya lagi gelar tikar tiba-tiba terjadi goncangan gempa yang begitu dahsyatnya yang belum pernah saya merasakan seumur hidup saya. Gempa yang begitu dahsyatnya memporak porandakan rumah saya sehingga roboh seketika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline