BADIK merupakan senjata tradisional suku Makassar, digunakan sebagai simbol kesatria yang melekat pada setiap laki-laki orang Makassar.
Badik disisi lain, memiliki nilai seni yang estetik, khas nan unik, menyimpan nilai-nilai edukasi sejarah.
Bagi laki-laki Makassar. Badik sudah menjadi 'fashion dan style' sejak dahulu kala. Sering dibawah saat bepergian.
Bahkan dalam percakapan orang-orang Portugis ketika tiba di bandar niaga pelabuhan Somba Opu, telah menjuluki Makassar sebagai "Pulau Celebes" yang dimaknai sebagai Sele' Bassi atau kampung orang-orang yang membawa Badik.
Bangsa Portugis banyak menjumpai laki-laki Makassar membawa badik, baik pada saat lalu-lalang dan beraktivitas, oleh bangsa Portugis telah disaksikan di sepanjang ibu kota Somba Opu hingga ke pantai Ujung Pandang.
Di masa lampau, dalam literatur histori-geografis jauh sebelum nama pantai losari terkenal, dulu namanya adalah "Pantai Bassi". Tempat berkumpulnya para pandai besi, menempah dan membuat serta melakukan transaksi jual beli perkakas badik dan sejenisnya.
Badik dalam pandangan 'sosio culture'orang Makassar, telah menjadi identitas lokal, sebagai alat menjaga atau melindungi diri yang secara epistemologi mengandung nilai filosofi yang luhur, yang dikenal identitas "Tallu Cappa", yakni : Cappa' Kana, Cappa' Kabura'neang, Cappa' Badik.
Dalam tradisi suku Makassar, Badik memiliki banyak ragam jenis atau bentuk tertentu. Sebut saja badik jenis badik Taeng, Campagaya, Panjarungang, Cindakko', Bogo/Lompobattang, Lengkese', dekde' Baru, Bontoala dan masih banyak lagi.
Badik dapat diidentifikasi dan dikenali berdasarkan nama, bentuk/jenis serta muasal daerah dimana badik itu ditempah atau diciptakan oleh seorang 'Pandai Besi' (Panre/Padekde' Bassi), itu sendiri. Misalnya Badik dekde' Taeng berarti badik tersebut berasal dari Kampung Taeng di sekitar sungai Jeneberang, Kabupaten Gowa.