Lihat ke Halaman Asli

Andana Aristyo Prayogo

Public Relations and writing enthusiast || Bachelor of Communication Science || Winner of Best Project in Public Relations, “PR Event Management” and “Management Strategic PR” Class of 2019 at KOMMAKSI UMM 2023

Soekarno dan Impian Ibu Kota di Palangkaraya: Visi yang Terlupakan

Diperbarui: 27 Agustus 2024   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fahum.umsu.ac.id

Di balik hiruk-pikuk Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, ada satu visi besar yang pernah direncanakan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yaitu pemindahan ibu kota ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada era 1950-an, Soekarno memandang bahwa Jakarta terlalu rentan terhadap serangan dari laut dan ingin menciptakan ibu kota yang lebih strategis dan aman di tengah-tengah kepulauan Indonesia. Rencana ambisius ini, meskipun akhirnya tidak terwujud, menunjukkan visi besar Soekarno mengenai pertahanan dan pembangunan nasional. 

Pada tahun 1950-an, Presiden Soekarno memiliki rencana besar yang jarang diketahui banyak orang: memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Pemindahan ini direncanakan dengan tujuan untuk menciptakan ibu kota baru yang lebih strategis dan aman dari ancaman eksternal. Rencana ini muncul karena kekhawatiran Soekarno terhadap posisi Jakarta yang dianggap terlalu rentan terhadap serangan dari laut dan berpotensi menghambat pertumbuhan negara yang baru merdeka. Meskipun rencana ini tidak pernah terwujud, gagasan Soekarno tersebut tetap relevan hingga hari ini dan menjadi bukti visi jangka panjangnya untuk Indonesia. 

Kota terluas di Indonesia, nomor satu Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Foto: Antara). 

1. Alasan di Balik Pemindahan Ibu Kota

Soekarno melihat Jakarta sebagai ibu kota yang memiliki banyak kelemahan strategis. Kota ini berada di pesisir dan dikelilingi oleh laut, membuatnya mudah diserang dari arah manapun. Dalam konteks era 1950-an, di mana ancaman militer masih sangat nyata dan stabilitas politik Indonesia belum sepenuhnya kokoh, Soekarno berpikir bahwa ibu kota yang lebih aman dan lebih sulit dijangkau oleh serangan musuh akan lebih ideal.

  • Contoh Praktis: Soekarno menginginkan ibu kota yang berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia, sehingga lebih terlindung dari serangan luar dan lebih representatif dari seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Pilihan jatuh pada Palangkaraya di Kalimantan Tengah karena letaknya yang strategis dan potensi untuk berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pertahanan yang kuat.

  • Langkah Konkret yang Direncanakan: Pada tahun 1957, Soekarno bahkan telah meresmikan Palangkaraya sebagai ibu kota Kalimantan Tengah dan memulai beberapa pembangunan infrastruktur dasar di kota tersebut. Ia juga menyatakan visinya bahwa Palangkaraya akan menjadi "Wajah Indonesia" yang baru---simbol dari persatuan dan kesatuan nusantara.

2. Palangkaraya sebagai Pusat Pertahanan dan Pemerintahan

Selain alasan keamanan, Soekarno juga ingin menjadikan Palangkaraya sebagai pusat pemerintahan yang mencerminkan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan memindahkan ibu kota ke Kalimantan, Soekarno ingin mengurangi dominasi Jawa dalam politik dan pemerintahan, serta mendorong pembangunan yang lebih merata di luar Pulau Jawa.

  • Contoh Praktis: Palangkaraya dirancang untuk menjadi kota modern dengan tata letak yang memudahkan mobilitas militer dan administratif. Soekarno membayangkan kota ini akan dikelilingi oleh sungai-sungai besar yang bisa digunakan sebagai jalur transportasi alami sekaligus sebagai pertahanan alami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline