Lihat ke Halaman Asli

Aris Setyawan

Dosen STIKes Surya Global Yogyakarta, Mahasiswa Doktoral Farmasi UAD, Penulis & Peneliti Thibbun Nabawi, Sekertaris Umum International Islamic Medicine Forum, Direktur RSH In Care.

Profesiku Jalan Dakwahku

Diperbarui: 11 Mei 2024   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ns Aris Setyawan S.Kep.,MHPE

Dosen STIKes Surya Global Yogyakarta

Mahasiswa Doktoral Farmasi UAD

Sehat adalah nikmat terbaik setelah nikmat islam. Bahkan imam syafii pernah berkata "Saya tidak mengetahui sebuah ilmu setelah ilmu halal dan haram yang lebih berharga yaitu ilmu kedokteran". Maka menjadi sebuah keutamaan bagi kita untuk menjaga kesehatan dan mepelajari ilmu Kesehatan. Inilah bentuk ketaatan kita kepada Sang Maha hidup Allah . Sebuah keberuntungan jika saat ini kita menjadi bagian dari orang orang yang diberi kesempatan untuk mempelajari ilmu Kesehatan dan berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Menjadi tenaga Kesehatan yang professional merupakan salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah . 

Salah satu contohnya adalah profesi perawat yang dijadikan sebagai media dakwah. Hal ini di contohkan oleh perawat pertama yaitu rufaidah al aslamiyah. Rufaidah adalah seorang perawat yang hidup di dua zaman yaitu zaman jahiliyah dan zaman islam. Saat menjalankan praktiknya sebagai perawat ia selalu memberikan edukasi nilai nilai islam kepada para pasiennya. Sebelum masuk islam, rufaidah selalu memberikan jampi jampi atau mantra mantra kepada pasiennya, namun setelah masuk islam ia mengganti jampi jampi dengan doa doa yang diajarkan Rasulullah .

Islam sangat berkontribusi dalam praktik keperawatan saat itu, dua hal yang menjadi dasar perubahan praktik keperawatan saat itu adalah kebersihan dan kesyirikan. Sebelum masuk islam, rufaidah tidak memperhatikan kebersihan dari tempat praktiknya, sehingga nampak kumuh dan kotor, tentunya hal ini membuat pasien tidak nyaman. Setelah masuk islam, ia menyadari pentingnya kebersihan karena islam mengajarkan kebersihan. Baik kebersihan diri, kebersihan tempat praktik dan kebersihan saat melakukan tindakan. Hal kedua yaitu kesyirikan. Sebelum masuk islam ia selalu memberikan jampi jampi saat mengobati pasien. Namun setelah masuk islam, jampi jampi ia tinggalkan dan menggantinya dengan doa doa yang diajarkan oleh Rasulullah .

Namun, nampaknya sejarah terulang kembali, dulu jampi jampi di lafalkan secara jelas, tapi saat ini jampi jampi sudah bertransformasi dan di bingkai seolah olah ilmiah. Misalnya memberikan sugesti kepada pasien bahwa tubuhnya mampu menyembuhkan dirinya sendiri, hanya butuh yakin saja. Atau menyakini bahwa obat yang diberikan akan mampu menyembuhkanya. Keadaan ini memberi kesempatan kepada kita untuk turut mengulang sejarah, yaitu menjadikan profesi perawat sebagai jalan dakwah, seperti yg dulu telah dilakukan oleh rufaidah. Hal sederhana yang mungkin bisa kita lakukan adalah dengan mengajak pasien berdoa sebelum kita berikan intervensi keperawatan dan mengajak pasien untuk yakin bahwa kesembuhan hanya dari Allah bukan dari obat, perawat atau dokter.

Menjadikan profesi perawat sebagai jalan dakwah tentunya bukan hanya semata mata fokus ibadah untuk dirinya sendiri seperti sholat, puasa, tilawah dll. Namun harusnya turut menjaga pasien agar selama sakit tetap dekat dan taat kepada Allah, menjaga hatinya agar tetap bersih (Qolbun salim) karena itulah yang dibutuhkan seorang hamba saat bertemu Rabb Nya. Dengan demikian inilah peran kita dalam menjadikan Profesiku Jalan Dakwahku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline