[caption id="" align="aligncenter" width="720" caption="Poster Interconnection #1 dipinjam dari http://deathrockstar.info/images/2012/01/interconnection1.jpg"] [/caption]
Bayangkan sebuah pasar malam, yang penuh dengan berbagai keriuhan dan kegembiraan. Lengkap dengan berbagai prasarana pendukung yang berupaya membuat senang para pengunjung. Ada komidi putar, kerlip lampu-lampu kecil menawarkan keriangan, mesin bundar pembuat permen kapas arum manis yang berputar menghasilkan kabut tipis yang lama-lama mengumpul menjadi segumpal kapas manis yang bisa membuat anda bahagia. Serta berbagai keriangan lainnya. Pasar malam memang istimewa, sebuah kerumunan hiburan yang digemari banyak orang.
Analogi pasar malam penuh keriangan ini agaknya pantas digunakan untuk gambarkan suasana sebuah pagelaran bertajuk Interconnection #1, gigs indiepop yang diadakan di Purnabudaya UGM Yogyakarta pada hari Sabtu 21 Januari 2012. Sebab Interconnection pada malam itu menawarkan keriangan dengan line-up band-band indie pop yang sudah tidak diragukan lagi reputasinya seperti Bangkutaman, Leonardo, L’Alphaalpha, Brilliant At Breakfast, dan Answer Sheet. Tawaran keriangan pasar malam indie pop ini agaknya berhasil, sebab meski malam itu kota Jogja diguyur hujan yang membuat galau semenjak sore, toh tidak menghalangi niat para penggemar indie pop untuk hadir di gedung Purnabudaya, keriangan pasar malam indie pop ini lebih menggoda daripada terdiam dalam galau karena hujan. Dan sepertinya semua yang hadir di Interconnection #1 malam itu tersenyum riang, menikmati keriuhan pasar malam.
Pasar malam dibuka dengan pengunjung yang baru datang mencicipi manisnya permen kapas arum-manis, manisnya permen kapas itu adalah opening konser malam itu berupa penampilan band Tweepop bernama Brilliant At Breakfast yang menggempur pendengaran penonton dengan 6 lagu manis, serta vokalis yang membumi, membaur bersama penonton dengan berbagai aksi teatrikal seperti menghadiahkan permen cokelat dan segelas kopi pada para penonton. Maka Being Verbose Ain’t Easy atau Ferris Wheel cukup memberi rasa manis ala permen kapas itu dan memancing penonton yang tadinya duduk memutuskan berdiri dengan riang.
Setelah puas dengan permen kapas manisnya, pengunjung pasar malam biasanya memutuskan memacu adrenalin, mereka ingin mencoba permainan komidi putar yang berputar kencang dan meliuk-liuk naik turun itu. Line-up kedua dari acara sabtu malam itu adalah analogi komidi putar cepat pemacu adrenalin ini. Adalah Leonardo Ringgo alias Mugeni Spacekid dari band Zeke And The Popo yang mengguncang panggung dengan musik yang menantang dan memacu adrenalin. Adrenalin yang ditawarkan Leonardo berupa ekletisme musiknya, campuran dari berbagai genre seperti rock n roll, swing, ska, dan lain-lain. Dengan lengkapnya musisi pendukung Leonardo malam itu seperti adanya instrumen Contrabass, 3 alat musik tiup, drum, gitar, Hammond, serta vokalis pendukung seorang perempuan bersuara dahsyat bernama Mian Mutia. Ditingkahi aksi panggung Leonardo yang atraktif, wajarlah bila penampilan kedua ini di ibaratkan adrenalin komidi putar cepat.
Adrenalin pengunjung yang tadinya memuncak tiba-tiba diajak menurun sejenak dengan menaiki komidi berikutnya berupa kuda-kudaan yang berputar pelan, santai, menghanyutkan, namun membuat tersenyum. Bagian ini adalah saat penonton pasar malam indie pop disuguhi penampilan Answer Sheet yang menyajikan keriuhan duo Ukulele yang dilengkapi bass elektrik dan sedikit atmosfer yang dilahirkan keyboard. Answer Sheet, band asal Jogja yang juga cukup diperhitungkan ini menghadirkan suasana riang dengan adanya ornamen-ornamen perahu dibelakang panggung. Mereka jelas sangat percaya diri tampil malam itu, terlihat dengan betapa santainya cara mereka bermain musik, pertanda bahwa musik Answer Sheet memang sudah diterima kalangan pendengar indie pop.
Akhirnya puncak dari pasar malam indie pop ini tercapai tatkala pengunjung memutuskan naik komidi putar tertinggi, yang berputar seperti kipas raksasa menjulang tinggi. Analogi komidi putar tertinggi ini pantas disematkan pada band yang bisa dibilang merupakan headliner acara malam itu, tak lain adalah Bangkutaman. Band dengan reputasi yang tidak diragukan lagi, serta fans militan yang tersebar dimana-mana. Serta prestasi yang menjulang tinggi bagaikan komidi putar tertinggi tersebut. Bangkutaman menghadirkan keriangan yang sama dengan apa yang mereka hadirkan 2 tahun lalu saat mereka tampil digedung yang sama, sepanggung dengan Efek Rumah Kaca dalam tour Jangan Marah Record.
Foto Bangkutaman oleh Wafiq Giotama ( http://www.facebook.com/ogiklo ) dipinjam dari http://gigsplay.com/bdg/interconnection-1-2.wans
Tampak betapa cukup banyak fans militan mereka hadir malam itu bersama-sama naik komidi putar tertinggi, dengan riang berkoor saat pasukan indie pop Jogja ini membawakan lagu She Burn The Disco, Hilangkan, Jalan Pulang, Menjadi Manusia, Catch Me When I Fall, dan track paling terkenal mereka Ode Buat Kota yang memaksa hadirin berteriak-teriak "na na na nanananana na na na na na nananananananana." Dapat disimpulkan betapa kebahagiaan dan keriangan memang memuncak tatkala Bangkutaman menguasai panggung, para penonton bahagia sebab band kesayangannya dapat tampil di kota kelahiran band itu sendiri. Sementara Bangkutaman tentu juga bahagia sebab penampilan malam itu mau tidak mau akan membawa semacam napak tilas pada mereka, menhadirkan kembali rekam jejak akan eksistensi Bangkutaman yang dimulai dari nol di kota pelajar ini. Pasar malam ini berhasil sampai puncak, berkat Bangkutaman.
Namun pasar malam belum usai meski pengunjung sudah puas dengan komidi putar tertinggi. Mereka masih mempunyai satu wahana lagi, yakni meresapi kegalauan saat hujan turun. Bayangkan pasar malam yang sebelumnya ramai riang, tiba-tiba hujan turun deras. Kegalauan pasti datang pada semua yang hadir disana, maka penampilan band terakhir yakni dari band asal Jakarta L’Alphaalpha adalah hujan pemberi galau tersebut. Hadir dengan format fullband, menghadirkan atmosfer ambient yang tentu saja berhasil memunculkan nuansa galau malam itu. Maka lengkaplah sudah pasar malam indie pop dinikmati para pengunjung, digempur keriangan sejak awal, lalu ditutup kegalauan hujan ala L’Alphaalpha. Pasti para pengunjung pulang dengan senyum mengembang dan hari riang, walau basah setelah diguyur hujan.
Bagaimanapun Interconnection #1 memang membuka tahun 2012 ini dengan keriangan, walau dengan berbagai kendala yang ada tentunya seperti start acara yang molor dari jadwal, dan trouble pada sound system seperti seringnya terdengar feedback. Namun paling tidak pasar malam indie pop bertajuk Interconnection #1 ini cukup mengobati kerinduan para penggila gigs akan adanya acara musik yang berkualitas dan menawarkan keriangan. Dan seperti lazimnya pasar malam yang berpindah dari satu tanah lapang ke tanah lapang di daerah lain untuk menghadirkan keriangan pada kerumunan orang yang berbeda. Maka pasar malam indie pop Interconnection ini pun berpindah, dimana malam berikutnya panggung berpindah ke kota yang tak jauh dari Jogja, yakni menuju Surakarta dengan tajuk Interconnection #2. Sepertinya para pengunjung Purnabudaya UGM sabtu malam itu akan sama-sama berharap, semoga secepatnya pasar malam ini mampir lagi ke kota Jogja untuk membawa keriangan dan kegembiraan.
ARIS SETYAWAN
Yogyakarta, 23 Januari 2012.
(Created and sent from my notebook. For more word and shit go to http://www.kompasiana.com/arissetyawan)
*Poster Interconnection #1 dipinjam dari http://deathrockstar.info/images/2012/01/interconnection1.jpg
**Foto Bangkutaman oleh Wafiq Giotama ( http://www.facebook.com/ogiklo ) dipinjam dari http://gigsplay.com/bdg/interconnection-1-2.wans
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H