Ini adalah cerita tentang seorang Lelaki, yang telah menjalankan hidupnya senormal mungkin: lahir, tumbuh, belajar, berkerja, menikah, menjadi ayah dan pensiun. Kini di usianya yang sudah mencapai 67 tahun, ia berhasil tetap mempertahankan pernikahannya dan menafkahi kelima anaknya sampai semua sudah lulus menjadi sarjana. Bisa dibilang, ia sudah puas dengan hidupnya dan tidak mencari apa-apa lagi di dunia ini.
Sehingga, ketika ia divonis dengan kanker prostat stadium 3, ia menerimanya dengan cukup ikhlas. Ia memutuskan untuk hanya mengandalkan sepenuhnya kepada penyembuhan alami dan layanan kesehatan negara. Tanpa mencoba melakukan perawatan-perawatan mutakhir yang ada pada dunia medis, meskipun sudah terfasilitasi oleh keluarganya. Keluarganya yang rela memberikan segala pertolongan untuknya.
Cerita ini dapat berakhir dengan dua kemungkinan:
Berakhir dengan inspiratif, ketika ke-ikhlasan dan keteguhan pendirian seorang Lelaki mendapat mukjizat kesembuhan dengan perawatan pilihannya.
Atau, cerita ini akan berakhir dengan tragis; berlatar di rumah sakit dengan alat-alat kesehatan yang akan membekaskan trauma pada keluarganya, yang hanya bisa menelan ludah karena menyesal sudah tidak memaksa ia untuk melakukan perawatan tambahan ketika mereka masih sempat.
Namun di antara kedua cerita, untungnya Lelaki ini akan baik-baik saja, karena ke-ikhlasannya untuk siap dipanggil kapan saja. Maka, keluarganya hanya bisa menyiapkan diri untuk menerima segala konsekuensi dari pilihannya. Karena ternyata, terkadang sebuah pilihan dapat berdampak pada orang lain selain dirinya sendiri. Dan pada akhirnya, hanya ia yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan apa yang ia pilih.
Doa yang terbaik untuk akhir yang terbaik.
Bersambung.
Cibubur,
Minggu, 2 April 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H