Lihat ke Halaman Asli

Aris Rasyid Setiadi

Manusia Biasa Yang Ingin Menulis

Jakarta dan Yogyakarta, Mana yang Romantis?

Diperbarui: 1 April 2024   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di Balik Kegelapan Kota Jakarta

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang gemerlap, tersimpanlah kisah-kisah suka duka yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya adalah kisah seorang pemuda bernama Basuni. Basuni dan keluarganya berasal dari Banten, mereka ingin hidup lebih baik dengan mengadu nasib di kota tetangganya Jakarta.

Basuni adalah seorang anak muda yang penuh semangat, tinggal di salah satu permukiman padat di pinggiran Jakarta. Ibunya adalah seorang penjual sayur keliling, sedangkan ayahnya bekerja sebagai sopir taksi. Meski hidup dalam keterbatasan, Basuni tumbuh sebagai anak yang cerdas dan penuh cita-cita. Dia bercita-cita menjadi seorang arsitek dan ingin merubah wajah kota Jakarta yang penuh dengan kekacauan menjadi tempat yang indah.

Namun, perjuangan Basuni tidaklah mudah. Dia harus berhadapan dengan realitas keras kehidupan di Jakarta. Biaya kuliah yang mahal membuatnya harus bekerja sambilan sebagai tukang ojek daring di malam hari. Setiap malam, Basuni menempuh risiko di jalanan kota yang gelap dan tak terduga. Tetapi, impian besar akan masa depan cerah selalu menjadi pendorongnya.

Di sisi lain kota, ada Siti, seorang ibu tunggal yang berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Setiap pagi, dia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan dagangan makanan ringan yang akan dijualnya di pinggir jalan. Meski lelah dan terkadang kecewa dengan kerasnya kehidupan, Siti tetap berusaha tersenyum dan bertahan demi anak semata wayangnya.

Namun, takdir berkata lain. Suatu malam, Basuni yang tengah bekerja sebagai tukang ojek daring, tanpa sengaja menabrak Siti yang sedang menyeberang jalan. Keduanya terjatuh, dan Basuni segera membantu Siti yang terluka. Rasa bersalah Basuni semakin memuncak saat mengetahui bahwa Siti harus dirawat di rumah sakit dan keluarganya kehilangan satu-satunya penghasilan.

Melihat keadaan tersebut, Basuni merasa bertanggung jawab untuk membantu Siti dan keluarganya. Dia mengumpulkan sumbangan dari teman-temannya dan mencari pekerjaan tambahan di sela-sela kuliah dan pekerjaannya sebagai tukang ojek daring. Meski lelah dan terkadang putus asa, Basuni tidak pernah menyerah.

Sementara itu, Siti yang terkesan dengan kebaikan hati Basuni, berusaha sembuh dengan cepat. Setelah pulih, dia bergabung dengan Basuni dalam misi memperbaiki kehidupan keluarganya. Dengan tekad dan kerja keras, Basuni dan Siti berhasil membuka warung makan kecil di pinggir jalan. Warung itu menjadi tempat berkumpul bagi warga sekitar dan menjadi sumber penghasilan yang stabil bagi keluarga Siti.

Dari suka dan duka yang mereka alami, Basuni dan Siti belajar bahwa hidup di kota Jakarta tidak selalu tentang kemegahan dan kesuksesan, tetapi juga tentang kebersamaan dan empati. Meskipun Jakarta seringkali terlihat gelap dan kejam, namun di balik kegelapannya, ada cahaya kebaikan yang selalu bersinar terang.

Sinar Terang di Kota Budaya

Di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan di Indonesia, terdapat sebuah kisah tentang seorang pemuda bernama Adam. Adam lahir dan besar di sebuah desa kecil di pinggiran Yogyakarta. Ayahnya bekerja sebagai seorang petani sederhana, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang rajin.

Adam memiliki semangat belajar yang tinggi. Meskipun kehidupan keluarganya sederhana, ia selalu berusaha keras untuk meraih impian dan mengubah nasib keluarganya. Setiap pagi, Adam berangkat ke sekolah dengan semangat yang membara. Ia adalah salah satu siswa yang paling cerdas di sekolahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline