Semua hal yang berkaitan dengan kesedihan, beban, masalah dan apa yang berkecamuk dalam diri yang sifatnya menguras energi negatif serta menimbulkan kekecewaan adalah karena adanya Ego yang berlebihan.
Sifat egois dapat menggerus semua kebaikan-kebaikan yang sudah pernah ditebar sepanjang hidup. Egois dalam kasus tertentu menciptakan konflik batin yang akan menghasilkan kekesalan, menyalahkan.
Menyalahkan pada diri sendiri, keadaan, lingkungan bahkan yang paling ekstrim adalah menyalahkan Tuhan. Tuhan diperlakukan sebagai pengambil keputusan yang tidak adil.
Menyikapi hal ini makan cara ampuh melawan Egois adalah dengan merendahkan diri. Dalam tingkatan tertentu pelepasan ego ini akan menjadi sebuah Keiklasan dan akan menjadi sesuatu yang manis dalam menyimpulkan suatu pristiwa yang dirasa kurang meng-enakkan.
Ikhlas adalah sikap rendah hati yang paling utama dan mendapatkan puncak tertinggi dari kepatuhan manusia dengan Tuhannya. Jika tidak terkait oleh norma Agama, Ikhlas ini akan menjadi jaring pengaman dalam sikap kembali ke jati diri seseorang.
Tak ada kesedihan yang terus menerus atau kebahagiaan yang abadi, Alam semesta akan memutarnya. Dan itulah hakikat dari kehidupan.
Dalam kekecewaan itu kita akan menyadari benar bahwa kita benar sebagai manusia seutuhnya. Bereaksi atas kekecewaan juga merupakan ungkapan Alami dari pertahanan Manusia.
Tinggal bagaimana menyikapi Ego ini. Apakah kita akan tunduk pada si Ego ini atau kita akan menurunkan harkat martabat Ego itu sendiri.
Saya Ingin Bahagia, Saya adalah Subject Ingin ( Ego ) Bahagia ( Tujuan ) maka baiknya kita hanya memilih Bahagia saja.
Semoga kita menjadi seimbang dalam menjalani kehidupan kita yang singkat ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H