Lihat ke Halaman Asli

Aris Permana

Guru Bahasa Indonesia MTs PUI KASTURI

Jejak Kebaikan: Hari Guru yang Kelam Menjadi Terang

Diperbarui: 25 November 2023   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jejak Kebaikan: Hari Guru yang Kelam Menjadi Terang

Aris Permana.S.Pd_ Guru Bahasa Indonesia@MTs PUI Kasturi

Di pagi Hari Guru, pada sudut kampung di kotaku, pada sebuah madrasah sinar matahari menyapa wajah Ustadz Soleh yang dipenuhi harapan. Dia tiba di madrasah dengan senyuman ceria, merasakan getaran positif dalam dirinya. Namun, ketika pintu ruang guru terbuka, senyumnya sirna. Ruangan itu seolah-olah menyimpan kehampaan yang tak terucapkan, tanpa satu pun ucapan selamat atau bunga di meja kerjanya.

"Hari Guru ini bagaimana bisa begitu sunyi? Apa usahaku selama ini tak berarti apa-apa?" batin Ustadz Soleh, raut wajahnya mencerminkan kekecewaan mendalam.

Hari berlalu dalam keheningan. Di kelas-kelas, tatapan kosong murid-muridnya semakin menghancurkan semangatnya. Bahkan pulang, tak ada satu pun ucapan terima kasih atau bunga yang menghiasi jalannya pulang. Ruang kerjanya, menjadi tempat yang menyimpan kesendirian dan kekecewaan yang tak terucapkan.

"Apakah semua pengorbanan dan cinta yang kuberikan sia-sia?" batinnya, matanya memandang langit yang seakan ikut mendung.

Di hari berikutnya, suasana berubah. Kepala madrasah dan siswa-siswanya berkumpul di aula. Ucapan permintaan maaf dari kepala madrasah terdengar, tapi kehampaan dalam diri Ustadz Soleh masih sulit terhapus.

"Maafkan kami, Ustadz Soleh. Kami telah lalai dalam menghargai Anda," ucap kepala madrasah, berusaha meredakan kekecewaan yang terlukis di wajah guru tersebut.

Hingga, saat-saat mendalam terjadi. Satu per satu siswa yang diam-diam merasa terinspirasi oleh ajarannya maju ke depan membawa bunga dan kartu ucapan.

"Ini untukmu, Ustadz Soleh. Terima kasih atas segala pengajaran dan teladan yang telah Anda berikan," ucap seorang siswa sambil menyodorkan bunga kecil.

Air mata Ustadz Soleh mengalir deras. Kekecewaan, kesendirian, dan rasa terpinggirkan, semuanya sirna seketika. Dalam kehangatan bunga-bunga kecil dan ucapan terima kasih, dia merasakan bahwa kehadirannya tak pernah tak berarti.

"Terima kasih, anak-anak. Ini adalah hadiah terindah bagi seorang guru," ucap Ustad Soleh sambil tersenyum dalam keharuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline