Lihat ke Halaman Asli

Bakar!

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bakar!

Oleh: AK Basuki

Semua orang tahu Sagrip adalah seorang yang sangat payah. Pemarah, pemabuk, pengacau dan pembuat onar di lingkungan adalah trademark yang disandangnya. Sudah begitu, dengan perasaan anak dan istrinya dia tidak terlalu peduli. Makanya sah-sah saja jika istri dan anaknya itu sudah hampir tiga bulan tidak lagi ada di rumah karena kelakuannya yang tidak pernah berubah. Sang istri membawa anak satu-satunya ke rumah orangtuanya di desa tetangga dengan persyaratan akan kembali jika Sagrip sudah jadi insan yang lebih baik.

Sagrip masa bodoh. Walaupun sebenarnya dia masih sangat sayang dengan istrinya, terlebih-lebih dengan anaknya yang sudah kelas 1 Sekolah Dasar itu, tapi untuk urusan harga diri dia pantang mengalah. Suami adalah Imam dalam keluarga. Jika istri dan anaknya mbalelo, berarti merekalah yang murtad, bukan dirinya. Bisa ditebak, dengan memberi peringatan yang tidaklah luar biasa dan sangat umum dilakukan para perempuan, istri Sagrip jelas membuat satu blunder karena orang ndablek seperti Sagrip tidak akan kalis dengan hanya di gosok shock therapy yang kuno seperti itu.

Dia masih tetap nongkrong tiap malam di Pos Ronda RT 31 yang terbengkalai tak berfungsi dan sudah dipatenkan jadi beskem bersama teman-temannya. Gitaran, keplek, mabuk-mabukan dan pulangnya adu cepat dengan azan subuh. Kadang jika nanggung, ya terkapar di sana sampai anak-anak TK Aisyiah yang usil-usil lewat sepulang sekolah dan melempari mereka dengan kerikil.

Kalau istri Sagrip saja gerah dengan kelakuannya, tentu saja warga lingkungannya boleh gerah juga. Maka suatu hari, Pak RT atas mandat Pak Lurah mengumpulkan semua warga dan membicarakan masalah itu. Satu keputusan bulat dihasilkan: rubuhkan Pos Ronda dan dengan memakai dana aspirasi rakyat yang kebetulan akan diberikan oleh Pemda dengan proposal yang ditandatangani oleh Pak Lurah dan Pak Camat, lahan tempat Pos Ronda itu berdiri yang masih cukup luas akan dibuat lahan hijau sekaligus taman bermain untuk anak-anak.

Sagrip yang tidak diundang dalam pertemuan RT dan hanya mendengar selentingan saja tentang pembahasan Pos Ronda itu langsung murka. Didatanginya rumah Pak RT beberapa malam kemudian, berteriak-teriak dari luar pagar memintanya keluar.

"Apa lagi ini?" tanya Pak RT gusar. Sudah diperkirakannya akan begini dan dia sudah siap. Sarung yang dipakainya sudah dilepas dan diikatkannya ke pinggang. Persis pendekar.

"Saya mau menggugat!" teriak Sagrip emosi.

"Silaken. Apa yang mau digugat?"

"Masalah pertemuan kemarin. Kenapa Pos Ronda mau dirubuhkan? Memangnya itu rumah jin? Sebagai bukan jin yang sering nongkrong di situ, saya keberatan!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline