Lihat ke Halaman Asli

Naim, Becak dan Taman Bacaan Anak-anak

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13297258961030383726

Pak Sumaryoto memandangi anak muda kerempeng di depannya yang sedari tadi serius memberikan penjelasan tentang alasan untuk meminjam becak yang memang sudah lama dinonaktifkannya.

"Alangkah lebih bijaksana jika becak yang sudah tidak terpakai itu kita manfaatkan untuk sesuatu yang berguna, Pak. Misalkan seperti yang sudah saya ceritakan tadi, sebagai sarana saya dalam mewujudkan sebuah taman bacaan keliling untuk anak-anak."

"Iya, bapak paham maksud nak Naim, tapi terus terang saja Bapak sudah ndak sanggup lagi mengayuh becak, itu makanya becak Bapak dipensiunkan."

"Loh, Bapak ini gimana, to? Maksud saya, saya hanya ingin memanfaatkan becaknya saja, ndak meminta Bapak jadi pilotnya."

"Oo.."

Tepat pada saat itu, Ngesti anak bungsu pak Sumaryoto keluar menyuguhkan kopi dan makanan ringan dalam toples.

"Apalagi," Naim berdehem, "masa saya berani memberdayakan calon mertua sendiri?"

Sebuah cubitan langsung melayang ke lengan Naim. Ngesti melotot.

"Apa, Nak Naim? Sampeyan juga sekalian mau membudayakan orang tua?"

Naim cengengesan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline