Lihat ke Halaman Asli

Aku Ayahmu, Anakku

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-          kepada ruh anakku yang belum ditiupkan.....

Aku adalah ayahmu, Anakku. Aku tak tahu bagaimana atau dengan bahasa seperti apa engkau dan kawan-kawan sepermainanmu di sana menyebutnya. Ayahmu inilah seorang lelaki yang akan menjadi lantaran bagi kelahiranmu ke dunia. Seorang lelaki yang diberi kepercayaan Tuhan untuk menaburkan benih-benih cinta dalam rahim ibumu yang gembur dan subur. Ah, aku pun tak tahu bagaimana caramu dan kawan-kawan sepermainanmu menyebut seorang ibu di sana, tetapi dia adalah perempuan yang akan memberi perlindungan bagi benih yang bertumbuh di rahimnya dari ruhmu kemudian merawat dan menyianginya dengan penuh kasih sayang setulus kemampuan dan hidupnya hingga sempurnalah engkau.

Dengarkanlah ceritaku karena suatu ketika ibumu itu telah berkata kepada ayah:

"Aku telah hampir menjadi demikian lelah sehingga bermacam pikiran masuk ke dalam otakku. Yang paling buruk dari itu semua adalah: apakah aku harus memancangkan tinggi-tinggi selebar panji bertuliskan Aku Bukanlah Perempuan Seutuhnya?"

Aku tentu tidak akan bertindak bodoh dengan menanggapi kata-kata yang hanya berupa pelampiasan dari rasa putus asanya itu. Kau tahu apa yang aku lakukan saat itu? Ayahmu ini hanya tertawa dan mengatakan padanya:

"Jangan bodoh! Mana ada bukan perempuan seutuhnya yang secantik engkau?"

Lalu ibumu itu mengembang tangis.

"Jangan mengigau, hanya membuatku bertambah parah!" katanya memelas, air matanya telah berlinangan.

" Lalu kenapa bukan perempuan seutuhnya seperti engkau bisa menangis dan berkeluh kesah justru selayaknya perempuan seutuhnya?"

Ibumu terdiam, Anakku. Mungkin dipikirnya kata-kata ayah ada benarnya. Justru sepertinya kini dia merasa menjadi perempuan seutuhnya karena telah menunjukkan perasaan sedih dan melankolis yang sejatinya lebih banyak dimiliki perempuan. Seorang lelaki seperti ayah mungkin pula dapat menjadi melankolis dan tidak mampu menyimpan terlalu rapat kesedihannya, tetapi seorang lelaki adalah tetap seorang lelaki dengan pedang dan bara api sebagai perlambang, selemah apapun dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline