Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman LoA (Low of Attraction) Saya yang Sederhana

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabatku, saya mencoba membagikan kisah pengalaman LoA saya yang baru saja terjadi kemarin sore ketika saya hendak menuju ke Cilengsi, Bogor untuk melaksanakan perkuliahan.

Begini ceritanya :

Sore jam 16.00 wib, saya baru pulang dari kantor saya dan rencananya saya langsung berangkat menuju ke Cilengsi-Bogor, ada jadwal kuliah bahasa arab, tapi tiba-tiba saya jadi males banget, entah, rasanya gak pengen berangkat. Saya coba tidur-tiduran, siapa tahu bisa tidur beneran, namun beberapa menit saya tunggu, saya tidak bisa tidur juga. Pikiran saya terus terfokus pada kuliah saya malam itu. Tak ada yang saya pikirkan selain saya harus berada di kelas bahasa arab bersama-sama teman saya. Akhirnya, jam 16.30 saya memutuskan berangkat ke Cilengsi-Bogor.

Sekitar hampir satu jam, saya sudah berada di daerah UKI. Dari kejauhan jelas terlihat bahwa arah bogor sudah sangat gelap, kalau orang bilang pasti hujan, karena saking gelapnya.Yah, memang pada saat saya sampai di UKI pun hujan telah menunjukkan kehadirannya, buru-buru saya merapat ke pinggir untuk menggunakan jaket saya. Namun, waktu saya cari ke bawah jok saya ternyata tidak ada jaketnya.

Seketika pikiran saya mencoba memikirkan satu-satunya hal yang positif, "Ya Allah, ijinkan saya ke tempat kuliah saya dengan tetap kering." kalimat ini terus saya katakan di dalam hati, saya yakin, sesuai dengan prinsip LoA bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita pikirkan bukan apa yang kita inginkan. Alhasil,  walaupun sepanjang jalan saya komat-kamit mengucapkan kalimat serupa, Alhamdulillah, saya bisa tetap kering padahal waktu itu saya lihat disekeliling saya sudah ramai orang-orang menggunakan jas hujan.

Hmm, tapi kawan, ada satu hal yang menggugah hati, membuat hati ini gelisah, kawan tahu? kenapa?

Padahal Allah Yang Maha Mengotomatiskan segala sesuatu, memberikan jalan yang telah otomatis kepada kita untuk berd'oa dan menyeru kepada-Nya, namun mengapa tatkala kita diseru oleh Zat Yang Maha Pengasih yaitu Allah Yang Maha bersungguh-sungguh dalam menciptakan sistem otomatisasi ini, terkadang kita atau bahkan sering kita bahkan mengacuhkan-Nya, tidak menghiraukan panggilan dan seruan-Nya, kita tidak mampu mengotomatiskan diri kita kepada panggilan Allah Subhanahu wa ta'ala.

Lihatlah sahabatku, pernahkah kita menyadari ini?

Ya, memang kita tidak mungkin bisa menyamai kehebatan Allah dalam hal otomatisasi ini, tapi bukankah Allah Subhanahu wa ta'ala telah memberikan dan menitipkan kita salah satu sifatnya yaitu otomatisasi? Paling tidak dalam hal apa-apa yang diwajibkan kita harus bisa otomatislah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline