Pagi ini, ketika membuka pintu gerbang tempat tinggal penulis, seekor anjing kampung liar sudah menunggu di depan pintu dengan tenang dan seperti menanti untuk disapa. Anjing kampung ini, sebut saja namanya Kirik, merupakan seekor anjing betina dan salah satu anjing liar yang berada di sekitar perumahan tempat tinggal penulis di Taman Kafar, Tawau, Sabah, Malaysia.
Memiliki warna coklat kehitaman, Kirik memiliki perawakan kurus seperti hewan kurang makan, namun memiliki sorot mata yang tajam. Dari puting susunya yang bergelantungan, tampak bahwa Kirik baru saja melahirkan.
"Saya pernah melihat anjing tersebut saat mengandung. Perutnya besar, pasti anaknya lebih dari satu, " ujar Pak Kadir, salah seorang Satpam di tempat tinggal penulis yang setiap hari membuka dan menutup pintu gerbang.
"Saya tidak tahu kapan ia melahirkan. Tetapi setahu saya, anak-anaknya sekarang ada di semak-semak halaman samping rumah ini Pak. Saya tahu karena kerap melihat anjing tersebut sering bolak-balik ketempat tersebut," ujar Pak Kadir lebih lanjut.
Sebenarnya bukan pagi ini aja Kirik menunggu di depan pintu gerbang, bahkan dapat disebut hampir setiap sore dan malam pun menunggu di depan gerbang. Seolah ia ingin melihat keberangkatan penulis ke kantor dan menunggu saat penulis pulang kantor.
Yang tidak kalah menarik, Kirik selalu menunggu di batas luar pintu gerbang. Ia tidak berani melewati garis batas pintu gerbang, meski gerbang terbuka lebar.
"Anjing tersebut seperti mengerti batas rumah dan halaman luar. Anjing itu sepertinya juga paham kalau bapak dan penghuni rumah ini yang sering memberinya makan. Jadi ia menanti dengan setia di depan gerbang dengan tenang, tapa melewati batas gerbang. Padahal biasanya dia suka menggonggong setiap bertemu dengan orang yang tidak dikenal," tambah Pak Kadir.
Pak Kadir pun menambahkan cerita bahwa semalam, seusai penulis memberinya makan berupa potongan daging, Kirik langsung membawa beberapa potong ke semak-semak untuk diberikan kepada anak-anaknya.
Benar, semalam, usai menghadiri acara makan malam di kantor, penulis memang memberikan makanan kepada Kirik. Kebiasaan memberikan makan kepada anjing liar di sekitar rumah sudah penulis lakukan sejak awal mendiami rumah di Tawau ini.
Mungkin karena itu, Kirik dan beberapa ekor anjing liar lainnya sudah mengenali penulis dan tidak lagi menggonggong setiap kali melewatinya. Meski tentu saja penulis harus tetap berhati-hati jangan sampai anjing-anjing tersebut menyerang. Karena ada cerita, salah seorang kolega penulis pernah digigit anjing ketika hendak berangkat ke kantor.