Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional. Tanggal ini dipilih untuk menghormati para pejuang yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam Pertempuran Surabaya pada tahun 1945.
Saat itu terjadi pertempuran heroik ketika tentara dan milisi pro-kemerdekaan Indonesia berhadapan dengan pasukan Britania Raya atau pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris dan Belanda (NICA).
Tahun 2024 ini pun Hari Pahlawan diperingati dan temanya adalah "Teladani Pahlawanmu Cintailah Negerimu". Sebuah tema yang merepresentasikan semangat untuk meneladani perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia.
Pahlawan yang tidak saja berjuang di medan perang seperti tentara tetapi juga mereka yang bekerja di berbagai bidang kehidupan, termasuk menjadi pekerja migran, sebuah profesi yang kerap disebut sebagai pahlawan devisa.
Para pekerja migran Indonesia (PMI) adalah pahlawan di era kekinian yang tidak bisa dipandang enteng hasil perjuangannya bagi bangsa dan negara.
Menurut mantan Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani pada Februari 2024 (rri.co.id), besaran devisa negara yang disumbang PMI sebesar Rp156,9 triliun per tahun.
Menurut Benny, rata-rata setiap tahunnya, pekerja migran dari Indonesia ada sekitar 270 ribu orang. Adalun anggaran negara yang dikeluarkan untuk pekerja migran hanya sebesar Rp8,2 triliun.
Jadi tidak keliru bila ketika memperingati Hari Pahlawan, kita tidak hanya terpaku dengan perjuangan para pejuang di medan perang, tetapi juga perjuangan yang dilakukan oleh anggota masyarakat seperti PMI. Di era kekinian, PMI menjadi pahlawan yang sesungguhnya, bukan hanya bagi perekonomian negara tetapi juga perekonomian keluarga di kampung halaman.
Uang yang dikirimkan para PMI ke keluarganya di kampung sangat penting agar dapur keluarga tetap mengebul, anak-anak bisa sekolah, tempat kediaman bisa dibangun dengan layak dan tentu saja bisa berkarya dan berusaha setelah nanti yang bersangkutan tidak lagi menjadi PMI.
Hal ini bisa dilihat pada salah satu PMI bernama Sabri asal Sulawesi Selatan yang bekerja di sebuah perusahaan sawit di Sabah.