Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Sosok Nabi Ibrahim AS dan Tiga Pelajaran Penting di Hari Raya Kurban

Diperbarui: 18 Juni 2024   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khotib Idul Adha di Bekasi, sumber gambar: dokpri Aris Heru Utomo

Senin (17/06/2024) pagi ini, umat Muslim di Jakasempurna, Bekasi Barat, berbondong-bondong memadati masjid Al Azhar Jakasempurna Kalimalang untuk menjalankan ibadah shalat Idul Adha 1445 Hijriah.

Agar mendapatkan tempat sholat yang strategis di dalam masjid, kami sekeluarga pun berangkat pukul 06.00 pagi. Syukur Alhamdullilah, meski ruangan masjid sudah dipenuhi jamaah, saya masih bisa memperoleh tempat strategis di bagian dalam masjid, tepatnya di bagian tengah. Sementara istri dan anak perempuan saya, juga mendapatkan tempat di bagian tengah masjid di bagian khusus jamaah perempuan.

Mendekati pukul 06.30, pengurus masjid menyampaikan sejumlah pengumuman terkait pelaksanaan pemotongan hewan kurban dan ibadah sholat Idul Adha. 

Setelah itu khotib naik ke mimbar kayu berukiran khas Jepara setinggi sekitar 3 meter untuk menyampaikan khotbahnya. Adapun bertindak sebagai khotib adalah Dr. KH Muhammad Choirin, M.A.

Sambil mendengarkan khotbah yang disampaikan KH Choirin, saya mencatat pokok-pokok khotbahnya yang kiranya dapat diekatahui oleh umat Muslim lainnya yang tidak melaksanakan shalat Idul Adha di tempat ini

Saya mencatat bahwa dalam kotbahnya tersebut, KH Choirin menyampaikan tema mengenai hikmah hari raya kurban yang diperingati setiap tahun. Khotib mengawalinya dengan mengingatkan kembali sosok Nabi Ibrahim AS sebagai satu-satunya manusia yang namanya selalu disebutkan setelah nama Nabi Muhammad SAW pada setiap shalat yang dilakukan umat Muslim.

Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad. Wa 'ala aali sayyidina Muhammad, Kama sholaita 'ala sayyidina Ibrahim. Wa 'ala ali sayyidina Ibrahim. Wa Barik 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad. Kamaa barakta 'ala sayyidina Ibrahim, wa 'ala sayyidina Ibrahim, innaka hamiidun majiid.

Artinya: Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.

Menurut KH Choirin, tidak mungkin Allah SWT memberikan tempat istimewa bagi Nabi Ibrahim AS dan keluarganya jika tidak terdapat perbuatan atau amal ibadahnya yang sangat luar biasa kepada Allah SWT sehingga nama dan keluarganya selalu disebut dan didoakan umat Muslim seluruh dunia, setidaknya 5 kali sehari.

KH Choirin kemudian menjelaskan bahwa terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik dari keteladanan Nabi Ibrahim AS dan keluarga, yaitu:

Pertama, keihlasan Nabi Ibrahim AS dan keluarga dalam menjalankan perintah Allah SWT.  Sejak menerima perintah untuk melakukan kurban oleh Allah SWT, dimana kurbannya adalah putra Nabi Ibrahim AS sendiri yaitu Ismail, Nabi Ibrahim AS dan istrinya, Siti Hajar, tidak ragu untuk melaksanakannya dengan penuh keikhlasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline