Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

KRT Radjiman Wediodiningrat, BPUPK dan Hari Lansia

Diperbarui: 30 Mei 2024   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KRT Radjiman Wediodiningratr, sumber gambar: Kompas.com

"Orang Indonesia memang latah, mereka main kirim saja pesan tentang Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional ke group WA saya. Padahal kan sesuai UU nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, saya belum masuk kategori lansia. Menurut UU tersebut, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, saya baru usia 50-an" gerutu seorang teman.

"Tenang bro, mungkin maksud si pengirim baik. Yang bersangkutan ingin mengingatkan anggota group agar senantiasa menjaga kesehatan. Supaya nantinya saat benar-benar lansia bisa tetap terawat dan bermartabat. Ya, sesuai tema hari lansia tahun 2024 ini, 'Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat'," jawab saya.

"Iya, bukan elo doang yang terima pesan Hari Lansia Nasional, gue juga terima pesan yang sama. Hampir di semua group WA yang gue ikuti, ada saja Anggota group yang mengirimkan pesan Hari Lansia Nasional. Padahal elo kan tahu, kalau gue belum berusia 60 tahun," ujar seorang teman yang lain.

"Omon-omon, kenapa sih perlu ada peringatan hari lansia segala dan siapa yang menggagasnya?," tambah teman tersebut.

"Dari yang saya baca dari pedoman peringatan hari lansia, tujuan peringatan adalah sebagai upaya meningkatkan kesadaran atas peran masyarakat lansia dalam membangun negara. Gagasan memperingati Hari Lansia Nasional berangkat dari apresiasi atas peran dan gagasan dr K.R.T. Radjiman Wediodiningrat," jawab saya.

Dibandingkan rekan-rekannya di organisasi Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908, seperti Wahidin Soedirohusodo, Douwes Dekker, ataupun Ki Hadjar Dewantara, nama Radjiman mungkin tidak terlalu dikenal.

Namun bagi mereka yang belajar sejarah kemerdekaan Indonesia dan kelahiran Pancasila, peran Radjiman di masa sebelum dan awal gerakan kemerdekaan tidak dapat dipandang sebelah mata. Di organisasi Budi Utomo sendiri Radjiman pernah menjabat sebagai ketua selama 8 tahun dari 1915 hingga 1923.

Namun demikian, perannya yang paling menonjol adalah ketika menjadi Ketua Sidang Dokuritsu Zunbi Cusokai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) pertama yang berlangsung pada 29 Mei - 1 Juni 1945 dan Sidang BPUPK kedua dari 10-17 Juli 1945. Pada saat memimpin Sidang BPUPK pertama, Radjiman yang kelahiran Yogyakarta 21 April 1879 telah berusia 66 tahun. Usia yang tidak lagi tergolong muda alias sudah lanjut usia.

Meski sudah lanjut usia, Radjiman mampu memimpin dan mengarahkan jalannya Sidang BPUPK dengan baik. Terbukti, dalam Sidang BPUPK pertama tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 yang diikuti 60 orang anggota BPUPK dimana agenda sidangnya adalah untuk membahas usulan dasar negara, Radjiman berhasil mengelola persidangan yang dinamis dengan peserta yang berasal dari beragam suku, bahasa dan agama serta latar belakang pendidikan. 

Di akhir persidangan, Radjiman memutuskan untuk menerima usulan dasar negara dari Sukarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 dan dinamakan Pancasila. Putusan tersebut disepakati oleh seluruh peseta Sidang BPUPK, termasuk keputusan Radjiman untuk membentuk panitia kecil beranggotakan delapan orang yang bertugas untuk mencatat kembali usulan-usulan peserta Sidang BPUPK berdasarkan usulan dasar negara dari Sukarno.

Adalah Radjiman pula, yang bersama Sukarno dan Mohammad Hatta, terbang ke Saigon pada 9 Agustus 1945 (sehari setelah pengeboman atom di Nagasaki) untuk bertemu dengan Marsekal Lapangan Hisaichi Terauchi, komandan Jepang dari Grup Angkatan Darat Ekspedisi Selatan .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline