Sosok Petruk mengenakan busana raja Surakarta setinggi sekitar 2 meter berdiri di ruang depan Gedung A Galeri Nasional Jakarta. Wajah patung tersebut berwarna emas dengan postur mendongak ke atas, juga memiliki hidung panjang.
Di belakang patung, ada tulisan 'Melik Nggendong Lali' cukup besar dengan cat berwarna hitam. Warna merah dan putih turut mendominasi tulisan 'Melik Nggendong Lali' di belakang patung.
Patung Petruk tersebut sendiri merupakan salah satu dari sejumlah karya seniman Butet Kertarajasa (BK) yang dipajang di Gedung A Galeri Nasional Jakarta dalam pameran yang berlangsung dari 1-25 Mei 2024 dengan tema 'Melik Nggendong Lali' dan berlangsung dari 1-25 Mei 2024.
"Iya, wajah emas itu berarti kepemilikan harta dan kekuasaan sering kali membuat orang lupa. Lupa asalnya dari mana," ujar BK ketika berbincang sejenak dengan penulis di ruang pamer.
Judul pameran berangkat dari peribahasa Jawa Melik Nggendong Lali. Yang artinya menginginkan sesuatu hingga lupa daratan dan melakukan hal yang tidak semestinya," jelas BK.
Seperti disampaikan kurator pameran, Asmuji J Irianto, Karya-karya dalam pameran ini diawali oleh laku spiritual BK, yaitu ritual penulisan nama berulang-ulang pada secarik kertas. Tujuan untuk memicu energi semesta agar BK mendapatkan kebaikan dan keberuntungan dalam hidupnya, layaknya doa untuk sugesti personal.
Ditambahkan oleh Asmuji bahwa laku spiritual yang disebut BK sebagai wirid visual didapatkan dan diajarkan ole Arkand Bodhana Zeshapraina (1971-2020) disebut sebagai Manutiras, yaitu ritual menuliskan nama berulang-ulang setiap hari-yang sebelumnya dianalisis oleh Arkand apakah nama bersangkutan sudah sejalan dengan takdir baik, jika belum, dapat dirubah sesuai rumus Manutiras. Nama BK yang dianggap bertuah adalah nama lengkap lahirnya, Bambang Ekolojo Butet Kartaredjasa. Itulah nama yang terus menerus ditulis oleh BK setiap hari selama 90 hari, tanpa putus sebagai periode katam, dan bisa terus diulang.
Berdasarkan laku wirid visual yang dilakukannya, BK telah menyelesaikan 500 karya. Namun seelah dikurasi, hanya 360 karya seni rupa yang dipamerkan. Karya seni itu dituangkan dalam beragam media. Dari sketsa, lukisan, patung, sulam, keramik, bahkan instalasi.
Dari 360 karya seni yang dipamerkan, sosok Petruk tampaknya menjadi karya yang menonjol. Selain patung Petruk setinggi 2 meter berwajah emas yang menggambarkan sosok seseorang yang memilik harta dan kekuasaan, namun sering kali membuat orang lupa. Lupa asalnya dari mana, terdapat pula sebuah sketsa berjudul Tuli Permanen. Sebuah sketsa dari salah satu tokoh punakawan, Petruk, berbusanai baju raja Surakarta. Lalu, di telinganya tersumpal sesuatu.
"Itu menggambarkan situasi politik Indonesia, Petruk menjadi ratu," ujar BK.
"Dalam menggambarkan situasi politik Indonesia, tampak ada kemarahan yang meluap-luap seperti kuatnya warna merah di beberapa karya dan juga umpatan "asu atau asuwook", benarkah demikian?,' tanya penulis