Menjawab tantangan menulis "Diari Ramadan" setiap hari di Kompasiana, sebenarnya gampang-gampang susah. Gampang karena topik tulisan yang diberikan adalah soal-soal keseharian yang ada di sekitar kita, misalnya tentang kuliner ramadan, lagu ramadan ataupun menjaga kesehatan di bulan ramadan. Susahnya adalah mengatur waktu menulis topik yang diberikan di sela-sela rutinitas kantor dan mengajar. Padahal melewati batas waktu harian, maka tulisan yang dikirimkan tidak akan dinilai.
Menyikapi hal terebut, saya mencoba menjawab tantangan dengan menulis di pagi hari. Seusai sholat Shubuh, saya berupaya tidak tidur kembali dengan cara menulis dan mempersiapkan bahan presentasi rapat ataupun persiapan mengajar/memberi materi pelatihan.
Selasa pagi (26/03), seperti biasa, saya berupaya untuk tidur kembali setelah Subuh dengan mengerjakan beberapa bahan presentasi mengajar yang belum selesai. Rencananya, setelah itu saya akan menyelesaikan tulisan untuk Kompasiana.
Namun karena banyaknya bahan presentasi yang harus diselesaikan dan harus segera mengajar, maka pagi itu saya tidak bisa langsung membuat tulisan untuk Kompasiana. Oleh karenanya, saya berencana menulis pada siang hari setelah selesai mengajar.
Siangnya, usai mengajar dan sholat dzhuhur, mulai lah saya menulis untuk Kompasiana. Saya melihat di halaman Kompasiana, topik hari Rabu (27/03) adalah "Menjaga Kesehatan Mulut di Bulan Puasa". Setelah mengetahui topiknya, mulailah saya menulis dan akhirnya menjadi tulisan berjudul "Wudhu untuk Menjaga Kesehatan Mulut di Bulan Puasa".
Malam harinya, seusai tarawih saya baru menyadari bahwa saya salah membaca topik yang diberikan. Topik hari Rabu bukan "Menjaga Kesehatan Mulut di Bulan Puasa" tetapi mengenai "Buku Bacaan selama Ramadan". Menyadari kekeliruan tersebut, saya pun segera membuat tulisan tentang buku untuk memenuhi tantangan tulisan di hari Rabu .
Beruntungnya, ada sebuah buku yang sedang saya baca dan hampir selesai yaitu buku "Hermeneutika Al Quran Tema-tema Kontroversial" karya Fahruddin Faiz, sehingga lebih mudah bagi saya untuk menuliskannya dan akhirnyamenjadi tulisan berjudul "Hermeneutika Al Quran Tema-tema Kontroversial, Bacaan Filsafat di Bulan Ramadan".
Selesai memperbaiki kekeliruan, masalah berikutnya adalah bagaimana menulis topik hari Kamis 928/03) ini yaitu "Menjaga Kesehatan Mulut di Bulan Puasa". Oleh karena saya sudah menulis tentang wudhu untuk menjaga kesehatan dan sudah diposting di Kompasiana, tidak mungkin untuk memposting kembali ulang tulisan tersebut.
Akhirnya, setelah membaca ulang tulisan tentang wudhu, ternyata terdapat usulan saya untuk menjaga kesehatan mulut yang belum saya bahas secara lebih rinci yaitu usulan membersihkan lidah untuk menjaga kesehatan mulut di bulan puasa. Padahal membersihkan lidah merupakan salah satu cara terpenting dalam menjaga kesehatan mulut.
Kebersihan lidah menjadi penting karena ternyata di permukaan lidah terdapat banyak bakteri. Sayangnya, lidah merupakan salah satu bagian yang sering luput untuk dibersihkan. Padahal, plak-plak yang menempel berisiko menyebabkan infeksi di dalam mulut. Sementara bakteri yang ada tidak bisa dihilangkan hanya dengan berkumur saja. Karena, berkumur hanya membersihkan lapisan terluar plak, sedangkan bakteri di bawahnya masih tetap menempel di sela-sela permukaan lidah.
Merujuk berbagai sumber kesehatan, ketika permukaan lidah cenderung retak atau berlekuk, plak bisa mengendap dan bakteri mudah bersembunyi di antara retakan tersebut. Bakteri juga bisa menempel di reseptor pengecap lidah yang bertekstur seperti kuncup berukuran sangat kecil. Itu sebabnya, kamu perlu membersihkan lidah secara rutin untuk menghilangkan bakteri tersebut.