Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Kajian Ba'da Dzhuhur Sebagai Tradisi Ramadan Unik di Masjid Istiqlal Jakarta

Diperbarui: 20 Maret 2024   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamaal dengarkan Cajan band Dzhuhur  sumber gambar: Aris Heru Utomo


Dalam beberapa tahun terakhir terdapat tradisi Ramadan unik di masjid Istiqlal Jakarta berupa kajian ba'da Dzuhur. Tradisi ini dilaksanakan setiap hari selama Ramadan untuk menyemarakkan kegiatan ibadah puasa Ramadan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim yang beriman.

Sesuai namanya, tradisi kajian dilaksanakan setelah selesainya sholat dzuhur berjamaah. Hari ini, 20 Maret 2024, kajian dibawakan oleh Prof. Muhammad Faisal Hamdani MA dan dihadiri sejumlah jamaah yang tetap bertahan seusai melaksanakan sholat Dzuhur.  

Prof. Hamdani menyampaikan hasil kajiannya mengenai bid'ah tarawih yang dilaksanakan setiap malam Ramadan. Tema ini dijadikan kajian karena ada perbedaan pendapat di kalangan umat muslim mengenai jumlah rakaat dalam sholat Tarawih.

Sebagian umat muslim berpandangan bahwa sholat Tarawih dilaksanakan sebanyak 20 rakaat dengan witir 3 rakaat. Sebagian yang lain berpandangan bahwa sholat Tarawih dilaksanakan sebanyak 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Bahkan di Arab Saudi sendiri, terdapat umat muslim yang melaksanakan sholat Tarawih sebanyak 30 rakaat dan witir 3 rakaat.

Prof Hamdani kemudian menjelaskan bahwa Rasullulah Muhammad SAW sendiri sesungguhnya hanya melaksanakan sholat tarawih di masjid pada malam 23, 25, 27 Ramadan dengan jumlah rakaat yang tidak selalu sama. Selebihnya Rasullulah melaksanakan sholat tarawih di rumah.

Dijelaskan oleh Prof Hamdan bahwa maksud dari Rasullulah SAW untuk tidak Tarawih setiap malam di masjid adalah agar tidak muncul pandangan bahwa sholat Tarawih adalah sholat yang diwajibkan selama Ramadan dan dilakukan berjamaah. Jumlah rakaat yang berbeda-beda juga untuk menunjukkan bahwa tidak ada jumlah rakaat tertentu yang dilakukan selama melakukan sholat Tarawih.

"Nabi tidak mewajibkan jumlah rakaat tertentu dalam sholat Tarawih, begitupun tidak ada ketentuan mengenai panjang-pendek surat Al Quran yang dibaca. Silahkan saja sesuai dengan kemampuan masing-masing," ujar Prof Hamdan.

"Saat di rumahnya, Rasullulah SAW sendiri melaksanakan sholat Tarawih sekuatnya, seringkali sampai dini hari. Ayat-ayat Al Quran yang dibacakannya pun panjang-panjang, bahkan sampai 200 ayat (mendekati 2 jus)," tambah Prof. Hamdan.

"Oleh karena itu, Rasullulah tidak sholat Tarawih setiap hari di masjid, apalagi dengan bacaan surat-surat dalam Al Quran yang panjang-panjang. Khawatir umatnya merasa diwajibkan. Padahal kemampuan setiap orang berbeda-beda," jelas Prof. Hamdan.

"Jadi bukanlah bid'ah apabila pelaksanaan sholat Tarawih tidak sesuai dengan yang dilakukan Rasullulah SAW. Karena Rasul sendiri memang tidak mencontohkan atau mewajibkan sholat Tarawih dengan jumlah rakaat tertentu," tegas Prof. Hamdan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline