Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Bersyukur dan Belajar Hidup Benar di Bulan Ramadan

Diperbarui: 11 Maret 2024   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dokpri Aris Heru Utomo

Dari yakin 'ku teguh
Hati ikhlas 'ku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan

Dari yakin 'ku teguh
Cinta ikhlas 'ku penuh
Akan jasa usaha
Pahlawanku yang baka
Indonesia merdeka
Syukur aku hunjukkan
Ke bawah duli tuan

Dari yakin 'ku teguh
Bakti ikhlas 'ku penuh
Akan azas rukunmu
Pandu bangsa yang nyata
Indonesia merdeka
Syukur aku tunjukkan
Ke hadapanmu Tuan
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan

Di atas adalah lirik lagu nasional berjudul Syukur yang diciptakan oleh Husein Mutahar adalah seorang komposer lagu dan mantan Duta Besar RI di Vatikan yang lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916.

Lagu ini mengungkapkan rasa syukur dan keihklasan kepada Tuhan YME atas nikmat dan karunia yang diberikanNYA kepada bangsa dan negara Indonesia berupa tanah air dan kemerdekaan.

Menyimak ungkapan rasa syukur yang dituliskan Husein Mutahar, maka kita dapat melihat bagaima beliau dapat dengan pas mengungkapkan perasaannya sesuai arti kata syukur itu sendiri. Dalam bahasa Arab, syukur sendiri berasal dari kata syakaro-yaskuru-syukron" yang berarti pujian kepada pemberi kebaikan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa bersyukur adalah mengucapkan atau mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat hidup yang telah diberikan.

Selanjutnya, ketika hari-hari ini kita berbincang tentang arti bersyukur maka kita tidak dapat melepaskannya dengan pelaksanaan ibadah Ramadan. Meskipun penetapan hari pertama Ramadan tahun ini kembali berbeda seperti tahun sebelumnya, kita semua yang melaksanakan ibadah puasa Ramadan tahun ini patut bersyukur karena masih dipertemukan dengan bulan suci ini.

Oleh karena itu, memasuki Ramadan 1445 H dan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT, umat Muslim patut bersyukur. Tidak semua orang bisa beribadah di Bulan Ramadan, sebagai contoh ibu mertua saya yang berpulang tepat seminggu sebelum masuk bulan Ramadhan 1945 H. Segala harapannya untuk bisa beribadah kembali di bulan Ramadan tidak kesampaian.

Umat Muslim patut bersyukur dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan karena bukan saja banyak keutamaan dan hikmah, baik rohani maupun jasmani, yang didapatkan selama Ramadan, tetapi dengan bersyukur di bulan Ramadan maka seorang Muslim dapat menghilangkan rasa kecewa yang mungkin ada di dalam diri.

Rasa kecewa muncul ketika seseorang dihadapkan pada kenyataan hidup dimana harapan atau keinginan yang tidak bisa terwujud atau tercapai. Rasa kecewa yang dibiarkan secara terus menerus bisa menjadi penyakit hati, sehingga bisa mengganggu kesehatan jiwa dan pikiran.

Dengan bersyukur maka kita sebagai umat Muslim bisa belajar hidup yang benar seperti kalimat pendek yang tertulis di sebuah bokong truk "Belajar Urip Sing Bener" yang saya jumpai saat melintas di tol Cipali baru-baru-baru ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline