"Group whatsapp ini udah gak asyik lagi," ujar seorang anggota group whatsapp (WAG) alumni sekolah yang postingannya sering dihapus admin group
"Admin sok-sokan menghapus-hapus postingan anggotanya yang dianggap enggak sejalan. Padahal semestinya kita bebas memposting apapun dan disini kan ada kebebasan akademik," ujarnya lagi dengan nada sewot.
"Adminnya anti perubahan. Kita jadi tahu kemana admin berpihak dalam pemilu ini," ujar anggota yang lain.
Cuplikan keluhan seperti tersebut di atas akhir-akhir ini sering muncul di WAG, baik group keluarga, teman sekolah, WAG RT/RW dan sebagainya. Keluhan yang selalu hadir menjelang dan sesudah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), yang bahkan apabila tidak dikelola dengan semestinya bisa memunculkan konflik horisontal di dalam group.
Bukan rahasia lagi apabila pada Pemilu 2019 lalu terjadi konflik yang hebat, sehingga antara lain memunculkan konflik horisontal antar pendukung pasangan capres/cawapres dan hadirnya sebutan cebong kampret di tengah masyarakat. Konflik yang bukan hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga menjalar di media sosial.
Di media sosial, para pendukung pasangan capres/cawapres aktif menyebarluaskan berita atau informasi untuk memenangkan pasangan yang didukungnya, termasuk menyebarkan berita atau informasi palsu (hoaks).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penyebaran hoaks tumbuh subur di media sosial, bahkan penyebaran hoaks terjadi di grup-grup WhatsApp, tidak terkecuali grup yang hanya berisikan anggota keluarga kita sendiri.
Selanjutnya dari percakapan yang ada di media sosial, kita mengetahui bahwa setiap percakapan yang berkembang di dunia maya memiliki relasi over-connected dengan interaksi sosial di dunia nyata. Bahkan, interaksi sosial yang berkembang di dunia nyata ditentukan oleh akumulasi percakapan di dunia maya.
Kini di Pemilu 2024 penyebarluasan berita atau informasi antar pendukung pasangan capres/cawapres kembali mencuat di WAG. Dengan penuh semangat para pendukung pasangan capres/wapres menyebarluaskan berita atau informasi, yang bahkan tidak peduli apakah berita atau informasi yang dikirimnya hoaks atau tidak.
Namun bercermin dari pengalaman selama ini, para admin WAG saat ini tampaknya sudah lebih bisa mengendalikan percakapan di group. Begitu terdeteksi ada informasi yang tidak sejalan dengan tujuan dibentuknya group apalagi informasi hoaks, admin langsung melarang penyebarluasan informasi tersebut dan langsung menghapus informasi tersebut.
Tentu saja admin tidak serampangan melarang penyebarluasan informasi. Karena sebagai penggemar Rhoma Irama, para admin selalui mengingat apa yang dikatakan sang raja dangdut tersebut dalam lagunya "Dilarang Melarang", "Kalau mau melarang, lihatlah dulu apakah memang itu dilarang. Perbuatan terlarang, itulah perbuatan yang harus kita larang".