Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Isra Miraj di Mata Presiden Pertama RI Sukarno

Diperbarui: 8 Februari 2024   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peringatan Isra Mi'raj di Astana Negara, sumber gambar: ANRI

Hari ini 8 Februari 2024 atau 27 Rajab 1445 Hijriah merupakan tanggal merah atau hari libur nasional untuk memperingati Isra Miraj.

Isra adalah keberangkatan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yerusalem, Palestina. Sementara itu, Miraj merupakan perjalanan beliau dari Baitul Maqdis (sekarang Masjid Al Aqsa) ke Sidratul Muntaha (langit ketujuh).

Kedua peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu satu malam ini tertuang dalam Al Quran, Surah Al Isra Ayat 1 yang berbunyi: Subnal-la asr bi'abdih lailam minal-masjidil armi ilal-masjidil-aqal-la brakn aulah linuriyah min ytin, innah huwas-sam'ul-bar(u).

Artinya "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Isra' Mi'raj adalah sebuah pengalaman luar biasa Nabi Muhammad SAW. Meskipun terkesan mustahil, Umat Islam memiliki keyakinan mendalam tentang kebenaran

Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian naik menembus tujuh lapis langit, dan kembali lagi dalam waktu kurang dari semalam tersebut, bagi umat Muslim, salah satunya  Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno, merupakan suatu perjalanan suci luar biasa yang selalu relevan sebagai sebuah spirit.

Bung Karno yang kerap memberikan pidato dalam peringatan Isra' Mi'raj, secara konsisten memaknai Isra' Mi'raj Nabi SAW sebagai inspirasi kekuatan batin dalam berjuang untuk bangkit, naik, dan meraih cita-cita yang lebih tinggi. Itulah mengapa kisah Isra' Mi'raj amat penting untuk disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.

Bagi Bung Karno, Isra' Mi'raj jelas memperbaharui semangat Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan perjuangan dan kewajiban beliau yang amat berat itu. Isra' Mi'raj terjadi di pertengahan masa kenabian beliau, setelah 11 tahun bekerja mati-matian, membanting tulang, memeras keringat, mengulur tenaga, tetapi hasilnya tidak banyak. Di titik terlelah, menyedihkan, dan penuh luka itulah, beliau Mi'raj.

"Dengarkan Saudara-saudara, Muhammad 11 tahun, Ia bekerja mati-matian, membanting Ia punya tulang kataku, memeras keringat, mengulur Ia punya tenaga tetapi hasilnya tidak banyak. Pada jiwanya jiwa besar, jiwa Muhammad yang tempo hari menyinari alam. Dan memang Ia tidak berjiwa betet, Ia termasuk manusia-manusia yang berkata, "Jalan sendiri jikalau perlu, terbang sendiri kalau perlu," tulis Bung Karno pada salah satu pidato peringatan Isra Mi'raj.

"Saudara ingat ucapan saya di dalam, bahasa asing, "Een den zwemmen in troepen, maar de edelaar vliegt allen." Bebek selalu berbondong-bondong tetapi burung elang rajawali terbang sendin di angkasa yang tertinggi," tulis Bung Karno lagi

Bung Karno kemudian juga mengingatkan mengenai perlunya merenungkan akan intisari dari Isra dan Mi'raj sebagai penguat batin bangsa. "Tidak ada suatu bangsa dapat berhebat, jikalau batinnya tidak terbuat dali nur iman yang sekuat-kuatnya," tulis Bung Karno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline