"Gimana mau menang... negara para koruptor," umpat Moamar Zidine Jidan atau biasa dipanggil Didin usai nonton bareng siaran langsung pertandingan sepakbola Piala Asia 2023 antara Indonesia melawan Irak di TV pos satpam di ujung gang.
Mendengar umpatan Didin, Ical yang duduk di sebelahnya langsung aja nyaut "Yang elo maksud negara para koruptor itu yang mana?".
"Ya negara kita lah, Indonesia, masa Singapura," jawab Didin yang mantan pekerja migran di Singapura.
"Coba kalau tidak ada korupsi di negara ini, mungkin sepakbola Indonesia bisa maju," tambah Didin mencoba menjelaskan.
"Sok gaya lo, mentang-mentang pernah kerja di Singapura lantas mengaitkan prestasi sepakbola suatu negara dengan korupsi tanpa memberikan data," sergah Ical yang memiliki nama lengkap Rizal Maldini.
"Memangnya Singapura yang dikenal sebagai salah satu negara yang tingkat korupsinya terendah di dunia memiliki prestasi sepakbola yang bagus?," tanya Ical dengan gaya seorang capres berdebat
"Sorry yee, timnas sepakbola sepakbola Singapura aja cuma berada di peringkat 158 FIFA. Kalah dari Indonesia yang berada di peringkat ke-149," tambah Ical lagi.
"Tapi kan di Indonesia memang tingkat korupsinya tinggi dan banyak menteri, gubernur, walikota dan pejabat lainnya yang ketangkep KPK karena korupsi," ujar Didin mencoba menyanggah
"Benar di Indonesia tingkat korupsinya memang tinggi, tapi bukan karena korupsi semata maka prestasi timnas sepakbola Indonesia gak bagus-bagus amat," jawab Ical
"Gue baca komentar pelatih sepakbola Indra Sjafri di buku "Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar" yang ditulis Aris Heru Utomo, dia bilang bahwa keberhasilan atau kemenangan yang diraih (sebuah tim sepakbola) merupakan hasil kerja nyata, kerja keras, terkonsep dan terstruktur yang dilakukan oleh organisasi yang mengelola sepakbola," jelas Ical yang rupanya sudah membaca buku sepakbola keren dari penulis yang aktif di Kompasiana.