Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Wafat 2 Januari 1971, 50 Tahun Kemudian Bapak Perfilman Menjadi Pahlawan Nasional

Diperbarui: 2 Januari 2024   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar Antaranews

Hari ini, 2 Januari 1971 Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail berpulang untuk selamanya karena stroke dalam usia 50 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta.

TPU Karet Bivak adalah salah satu TPU tertua di Jakarta. Di sana terbaring jasad-jasad yang namanya masih tercium harum sampai kini. Ada Chairil Anwar, penyair Angkatan '45, yang terkenal dengan Binatang Jalang-nya. Ada M Husni Thamrin, pahlawan dari Betawi yang namanya diabadikan sebagai nama jalan kebanggaan Ibukota. Ada juga makam Pramoedya Ananta Toer dan Benyamin Sueb.

Dari sejumlah dokumentasi foto datatempo.com, diketahui bahwa saat pemakaman di tahun 1971 tersebut para pelayat dan keluarga menghadiri pemakaman jenazah sutradara Usmar Ismail tersebut, antara lain Rosihan Anwar, Ali Sadikin, dan Slamet Raharjo.
Hadir pula KH Idham Chalid, Ketua MPR/DPR RI periode 1971-1977, yang dalam pemakaman jenazah Usmar Ismail tersebut memimpin doa bersama.

50 tahun setelah wafatnya sutradara Usmar Ismail, Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021, menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail, seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia. Pemberian gelar ini dilakukan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Rabu, 10 November 2021, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.

Usmar Ismail yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921, dikenal sebagai salah satu pelopor perfilman nasional dan internasional yang menunjukkan sumbangan terbesarnya tentang kepiawaian membuat industri perfilman di Indonesia menjadi maju.
Karyanya seperti Lewat Djam Malam (1954), yang telah direstorasi pada 2012 lalu, menjadi tonggak penting perfilman Indonesia. Selain itu, Usmar juga dikenal lewat karya film drama musikal Tiga Dara (1956) dan Asrama Dara (1958) yang melambungkan nama aktris Mieke Widjaya, Chitra Dewi hingga Suzanna.

Sebelumnya pada tahun 1944, Usmar mendirikan kelompok sandiwara Maya yang juga turut menyebarluaskan berita proklamasi di masa kemerdekaan.

Kemudian di tahun 1950, mendirikan perusahaan film pribumi bernama N.V. Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang kemudian membuat film Darah dan Doa (the long march of Siliwangi).

Film Darah dan Doa ini dianggap sebagai film Indonesia pertama dan kemudian hari pertama pengambilan gambarnya ditetapkan sebagai Hari Film Indonesia oleh Presiden ke-3 RI, BJ Habibie bersama Dewan Film Nasional.

Tahun 1962, Usmar Ismail aktif mendirikan organisasi Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) di bawah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah kegiatan kebudayaan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat.

Film-film buatan Umar Ismail mengajak dan menawarkan nilai-nilai nasionalisme seperti Darah dan Doa (1950), Enam Jam di Jogja (1961), Kafedo (1953), Lewat Djam Malam (1954), Pedjuang (1960), dan masih banyak lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline