Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Berbakti kepada Negara dari Lorong Kampung

Diperbarui: 25 Agustus 2019   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis dan Pak Bambang Irianto / Foto pribadi

Banyak jalan menuju Roma, banyak pula jalan untuk menunjukkan bakti kepada negeri, salah satunya dengan menjadi pembakti kampung seperti yang dilakukan Ir. Bambang Irianto (63 tahun). 

Ia membaktikan sebagian besar hidupnya untuk membangun kampung tertinggal menjadi kampung yang bersih dan sehat serta nyaman untuk ditinggali warga.

Kampung yang selama ini kerap dicitrakan sebagai wilayah kumuh, banjir, dan diwarnai sejumlah permasalahan sosial oleh Bambang disulap menjadi maju dan berwawasan lingkungan.

Bambang membangun setiap lorong kampung dengan prinsip sederhana yaitu "Mulai dari sekarang dan mulailah dari yang bisa dikerjakan terlebih dahulu, sekarang juga" Baginya tidak ada perkataan "sesuatu dikerjakan besok-besok saja".

"Apabila ingin memperbaiki kampung kita mesti menunggu segala sesuatunya siap terlebih dahulu, misalnya menunggu kesiapan dana dan dukungan logistik lainnya, maka perbaikan kampung tidak akan pernah jalan," ujar Bambang menjelaskan prinsipnya saat berbincang-bincang dengan saya di Kampung Markisa, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.

Bambang tidak sekedar bicara. Ia membuktikan perkataannya dengan terjun langsung ke masyarakat dimulai dari kawasan tempat tinggalnya di Malang. Ia menginisiasi Kampung Glintung Go Green (G3) di RW 23 Purwantoro, Blimbing, Kota Malang. Dengan semangat membangun negeri dan memberikan kontribusi maksimal, kini Kampung G3 pun tidak hanya sebatas mimpi.

"Saya membangun kampung G3 bersama dengan para warga, kami bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Ini juga merupakan wujud nasionalisme saya, untuk mewujudkan hasil yang maksimal, kita harus banyak bekerja, bukan hanya berkata-kata tanpa bukti yang nyata," ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Ketua RW 23 itu.

"Awalnya tidak begitu mudah karena harus mengubah mindset masyarakat yang sudah terbiasa dengan kondisi lingkungan yang kumuh. Untuk itu saya mencoba memunculkan kearifan lokal, tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya kampung dan memperbaiki kondisi lingkungan dalam arti luas, sekaligus tetap menyerap nilai-nilai modern untuk memperkaya aspek sosial-ekonomi masyarakat," papar Bambang.

Bambang bersama warga masyarakat kemudian memulai gerakan 3G dengan kegiatan sederhana, yaitu penghijauan lingkungan yang diluncurkan pada bulan Pebruari 2012. Gerakan ini sekaligus mendukung program Pemerintah Kota Malang dalam melakukan gerakan penghijauan "Malang Ijo Royo-royo".

Dalam pelaksanaannya disepakati, setiap rumah wajib memiliki tanaman hijau sebagai syarat untuk memperoleh layanan administrasi kependudukan. Bagi mereka yang tidak mampu membeli tanaman, maka pihak RW menyediakan tanaman dan yang bersangkutan berkewajiban merawatnya.

Waktu terus bergulir dan wacana pengembangan kegiatan seputar 3G itu pun menjadi bahan diskusi masyarakat sehari-hari maupun dalam rapat-rapat tingkat RW. Hasilnya, saat ini tanaman yang dikembangkan bukan hanya asal hijau, dan indah, tetapi merambah ke tanaman yang dapat dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline