Apa yang anda lakukan saat mudik kemarin? Tentu saja berlebaran dan bersilahturahhmi dengan sanak saudara di kampung halaman kan? Nah disamping melakukan aktivitas tersebut, hal yang saya lakukan saat mudik kemarin adalah berkunjung ke perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Pemalang.
Banyak orang tidak mengetahui bahwa Pemalang ternyata juga menghasilkan kopi. Padahal, percaya atau tidak, produk kopi Pemalang, memiliki citarasa yang khas dan tidak kalah dengan citarasa kopi asal daerah lain di Indonesia.
Dibandingkan produk kopi Aceh, Toraja atau Mandailing, produk kopi asal Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah memang kalah tenar. Keberadaan tanaman kopi di Kabupaten Pemalang yang dikelola intensif oleh warga memang belum dikenal luas.
Tanaman kopi dibudidayakan warga di desa-desa seperti Gambuhan, Penakir, Jurangmangu, Batursari dan Gunungsari yang tinggal di lereng Gunung Slamet yang berketinggian di atas 900 mdpl. Di pedesaan tersebut jumlah areal tanaman kopi milik warga diperkirakan mendekati 1.000 hektar.
"Produk kopi arabika atau robusta yang diproduksi para petani kopi di Pemalang baru belakangan ini saja diperkenalkan ke masyarakat. Tidak heran jika banyak yang tidak mengenalnya", ujar Fajar, salah seorang petani kopi yang juga pengurus Kelompok Tani Karya Harapan ketika saya jumpai di kediamannya di desa Gunungsari, Kecamatan Pulosari, Pemalang.
"Kami mengenalkan kopi Pemalang lewat berbagai pameran kopi. Selain itu ada juga yang mengenalkannya lewat media sosial". ujar Fajar lebih lanjut.
Ditambahkan oleh Fajar bahwa keberadaan media sosial memang menjadi berkah tersendiri bagi para petani kopi di Pemalang. Melalui media sosial, informasi mengenai keberadaan kopi Pemalang memang kemudian menyebar luas dan kopi Pemalang mulai dikenal masyarakat luas, khususnya di kalangan pecinta serta penikmat kopi.
Selain itu, Petani pun memiliki kesempatan untuk menjual kopinya langsung ke konsumen, sehingga keuntungan yang didapat bisa lebih banyak dibandingkan menjual ke agen ataupun toko.
''Di desa Gunungsari dan beberapa desa lain seperti Gambuhan, Penakir, Jurangmangu dan Batursari, para petani umumnya menanam kopi jenis arabika. Sedangkan di desa Pulosari, Gambuhan dan Banyumudal, para petani umumnya menanam kopi robusta. Kami menjualnya dalam dua bentuk, biji kopi dan dalam bentuk bubuk", tutur Fajar.
"Soal rasa, kopi berjenis arabika dan robusta asal Pemalang tidak kalah dengan kopi dari daerah lain. Bahkan, saat diseruput, rasa dan aroma kopinya sangat kuat. Mungkin karena kopi ini diproses secara alami dan tradisional jadi rasanya sangat khas", ujar Fajar setengah berpromosi.