Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Pancasila yang Mestinya Tidak Kesepian

Diperbarui: 1 Juni 2018   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 1 Juni 2011, penulis mengunggah opini di blog pribadi mengenai "Pancasila dan Gedung Pancasila yang Kesepian". Penulis menceritakan mengenai kesamaan nasib Pancasila dan gedung tempat kelahirannya di jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta yang sama-sama kesepian.

Menurut mantan Menteri Pendidikan Daoed Joesoef, mantan menteri di era Orde Baru, di Kompas 1 Juni 2011 Pancasila kesepian karena nilai-nilainya telah direduksi sedemikian rupa, salah satunya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang direduksi menjadi "Keagamaan Yang Maha Esa" dan ukuran "keesaan" itu adalah besarnya jumlah penganut. Sementara Gedung Pancasila yang terletak di komplek Kementerian Luar Negeri Jalan Pejambon No. 6 Jakarta, tempat pembahasan dasar negara oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan dicetuskannya Pancasila oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, kerap kesepian karena jarang sekali digunakan untuk kegiatan sosialisasi sejarah dan nilai-nilai Pancasila, bahkan di hari kelahiran Pancasila itu sendiri.

Entah kemungkinan ada yang menyampaikan pendapat penulis di blog kepada pihak Istana Presiden, maka setelah Pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Kelahiran Pancasila di tahun 2016, puncak peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2017 dan 2018 selalu dilaksanakan di Gedung Pancasila. Peringatan berlangsung khidmat dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) serta dihadiri oleh seluruh pejabat tinggi negara dan perwakilan anggota masyarakat, termasuk tokoh-tokoh lintas agama.

Dalam sambutannya di tahun 2017 Presiden Jokowi menyampaikan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman yang membentuk suatu bangsa dan negara yang berbhineka tunggal ika. Kebhinekaan tersebut selalu diuji antara lain oleh kelompok-kelompok yang intoleran dan munculnya ujaran-ujaran kebencian dan hoax di media sosial. Karena itu menurut Presiden Jokowi, untuk memelihara persatuan dan kesatuan Indonesia, tidak ada pilihan lain selain menjaga Pancasila. Peran aktif semua pemangku kepentingan sangat diharapkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Seolah ingin mengulangi pidatonya di tahun 2017, pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2018, Presiden Jokowi kembali menyampaikan bahwa Pancasila adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia. Presiden Jokowi meyakini bahwa Pancasila selamanya akan terus ada di dalam nadi bangsa Indonesia. "Selama 73 tahun Pancasila sudah menjadi rumah kita yang ber-Bhineka Tunggal Ika," kata Jokowi dalam pidatonya di halaman Gedung Pancasila, Pejambon, Jakarta, Jumat, 1 Juni 2018.

Jokowi menjelaskan Pancasila lahir dari pergulatan pikiran para pendiri bangsa. Mereka yang terdiri dari berbagai kelompok mau duduk bersama dan menyepakati Pancasila sebagai pemersatu perbedaan. "Pancasila berperan sebagai falsafah dan dasar negara yang kokoh, yang menjadi fondasi dibangunnya Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur," tuturnya. Lebih jauh Presiden Jokowi meminta agar peringatan Hari Lahir Pancasila harus jadi momentum untuk mengingat dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Karena itu, ia mengajak seluruh pihak untuk sama-sama mengamalkan Pancasila dalam keseharian.

Menindaklanjuti harapannya agar masyarakat memahami, mengetahui, mencintai Pancasila, dan kemudian menjadikan Pancasila sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, Pemerintah telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) pada tahun 2017 lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun 2017. Tahun 2018 ini status UKP PIP ditingkatkan menjadi Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Perpres Nomor 7 tahun 2018 dengan Kepala BPIP dianggap setingkat menteri.

Penulis menanggapi pembentukan BPIP secara positif sebagai langkah untuk kembali menghidupkan dan memelihara nilai-nilai Pancasila di masyarakat luas. Hal ini mengingat bahwa setelah 73 tahun kelahiran Pancasila dan 20 tahun reformasi, pemahaman nilai-nilai Pancasila dan penerapannya dalam keseharian seperti yang diharapkan Presiden Jokowi justru semakin tidak jelas.

Cara pandang terhadap Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara pun ternyata belum sepenuhnya menjadi etos bangsa. "Pancasila sebagai cara pandang berbangsa dan tuntunan bernegara belum sepenuhnya menjadi etos bangsa Indonesia. Pancasila biasanya hanya muncul dalam wacana pubik saat ada masalah bangsa. Padahal Pancasila harus jadi "napas" dan basis rasionalisasi semua kebijakan", demikian tulis Kompas di halaman depan edisi Senin 29 Mei 2017, merujuk pada penelitian sejumlah lembaga kajian Pancasila.

Bahkan masih menurut Kompas, "setelah reformasi, Pancasila bahkan cenderung jarang dibicarakan di ruang publik, bahkan juga di ruang parlemen ataupun dalam proses pengambilan kebijakan publik. Selain muncul saat dibutuhkan sebagai resep penyembuh berbagai persoalan bangsa, wacana Pancasila biasanya juga hanya muncul di ruang publik pada peringatan hari kebangsaan".

Karena itu kehadiran BPIP sebagai institusi pembina ideologi Pancasila meski disikapi positif sebagai langkah untuk secara terpadu dan berkesinambungan melakukan pembinaan, pendidikan penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam keseharian. BPIP mesti dapat merancang program-program implementasi Pancasila dalam keseharian yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline