Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Diplomasi dari Dapur

Diperbarui: 4 Mei 2018   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sate Maranggi Sari Asih, Jalan Raya Pacet, Cipendawa, Kabupaten Cianjur.(KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia)

"Wah enak sekali nih daging satenya, rempah-rempah dan bumbunya terasa menyerap di daging. Dagingnya juga empuk," ujar Dobravko Zirovcic, diplomat asal Kroasia yang sedang mengikuti pelatihan diplomat senior di Indonesia.

"Di Kroasia juga ada sate daging seperti ini, bahkan daging satenya dipotong besar-besar, tidak seperti daging sate ini yang dipotong kecil-kecil. Tapi di negeri saya, daging yang dibakar tidak diberi rempah-rempah dan bumbu. Daging dibakar langsung dan saat makan barulah diberi saus tomat," komentar Dobravko terus mencicipi potongan daging sate.

"Iya, daging sate seperti ini enak sekali. Rempah-rempah dan kecapnya terasa sekali," ujar Nguyen Thai Hai Yen, diplomat asal Vietnam yang juga mengikuti program yang sama dengan Dobravko.

"Di Vietnam, sate hanya dibakar saja, paling-paling ditaburi cabe kering," tambah Nguyen

Saya yang dari tadi berada di sebelah keduanya hanya tersenyum, sambil ikut serta mencicipi beberapa sate yang disajikan di atas meja. Sate-sate tersebut adalah sate buatan para peserta kelas masak yang diselenggarakan Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri (Sesparlu) bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti dan diikuti para diplomat senior Indonesia dan internasional yang mengikuti Sesparlu angkatan 58.

Pagi itu sebanyak 10 orang diplomat senior Indonesia dan 8 orang diplomat senior mancanegara asal Australia, Kroasia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Meksiko dan Timor Leste belajar memasak beberapa makanan khas Indonesia seperti sate maranggi, nasi kuning, asinan Jakarta, dadar gulung dan minuman jahe.

dokpri

Sebelum mencapai bagian icip-icip seperti yang sedikit saya ceritakan di atas, sebelumnya terjadi aneka keseruan dalam acara masak memasak di dapur STP Trisakti. Delapan belas orang peserta masak memasak dibagi ke dalam tujuh kelompok sesuai dengan perangkat masak yang tersedia di dapur tersebut.

Masing-masing kelompok disediakan bahan-bahan makanan seperti daging, tepung, gula, kecap, santan, bumbu dan aneka rempah-rempah yang siap diolah dan dimasak. Agar tidak kebingungan, setiap kelompok juga didampingi oleh seorang mahasiswa tahun pertama yang ikut membantu memasak.

Keseruan dimulai ketika sebagian diplomat yang selama ini jarang ke dapur harus mulai menyiapkan dan meramu bahan-bahan yang tersedia dan mengolahnya menjadi menu makanan yang diinginkan yaitu nasi kuning plus sate maranggi, asinan Jakarta, dadar gulung dan minuman jahe hangat.

Seru karena misalnya ada sebagian yang kesulitan membedakan antara gula pasir dan garam karena sama-sama putih. Memasukkan semua bumbu yang tersedia dan menghaluskannya sekaligus juga bukan hal yang mudah misalnya ketika membuat bumbu untuk sate maranggi.

Berbeda dengan sate di Indonesia pada umumnya, yang setelah dagingnya ditusuk ke dalam sebilah bambu langsung dibakar tanpa diberi bumbu, maka sate maranggi mesti dilumuri bumbu terlebih dahulu.

Sambil membaca instruksi mengenai cara pembuatan bumbu sate maranggi dalam bahasa Indonesia, saya juga menjelaskan cara pembuatannya kepada kawan-kawan diplomat internasional saya. Saya jelaskan bahwa untuk membuat sate maranggi, kita mesti menyiapkan menggiling semua bumbu seperti bawang merah dan bawang putih, lada, ketumbar, gula merah, asam jawa, dan minyak sayur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline