Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Wakil Gubernur Provinsi Henan China Kagumi Museum KAA

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13286593551038734580

[caption id="attachment_159855" align="aligncenter" width="590" caption="Wagub Provinsi Henan berfoto bersama / foto oleh Aris Heru Utomo"][/caption] “Ke Bandung tanpa mengunjungi Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) rasanya kurang lengkap”, demikian dikatakan Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Henan, RRT, Zhou Jiancai, saat berkunjung ke Gedung Museum KAA di Bandung pada tanggal 2 Februari 2012 lalu. “Apalagi salah satu pemimpin kami, Perdana Menteri Zhou Enlai pernah berkunjung kesini saat menghadiri KAA tahun 1955”, demikian ditambahkan Wagub Zhou. (catatan penulis: Bersama Mao Zedong dan Deng Xiaoping, Zhou Enlai merupakan salah seorang tokoh yang berperan penting dalam sejarah pembentukan RRT pada tahun 1949).

Selama hampir satu jam Wagub Zhou melihat-lihat Gedung Merdeka yang menjadi tempat penyelenggaraan KAA pada tanggal 18-24 April tahun 1955. Dengan seksama ia menyimak penjelasan dari pemandu museum mengenai keberhasilan Indonesia mempertemukan para pemimpin negara-negara di Asia Afrika untuk hadir dalam suatu konperensi yang berhasil melahirkan Dasa Sila Bandung, sebuah dokumen bersejarah yang menjadi cikal bakal terciptanya gerakan non blok pada tahun 1961.

Selain itu, KAA itu sendiri memberikan inspirasi kepada negara-negara yang masih terjajah di kawasan Asia Afrika dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Selain tertarik dengan sejarah KAA, Wagub Zhou juga terlihat terkesan dengan arsitektur gedung dan interior ruang pertemuan yang masih terpelihara dengan baik. Selain perangkat pertemuan yang tidak lagi asli, kondisi di dalam ruang sidang utama ini tak jauh beda dengan keadaan pada tahun 1955. Tata letak, bentuk atap, lantai, bentuk podium, dan susunan bendera persis sama.

Sementara itu di dalam museum KAA dipamerkan hasil konperensi yang berupa Dasa Sila Bandung, yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Inggris, China, Vietnam, Tagalog, Hindi, Arab, Perancis, dan masih banyak lagi. Terdapat pula daftar nama peserta dari setiap delegasi, dimana salah satunya tercantum nama Zhou Enlai yang menjadi pemimpin delegasi RRT.

Layaknya orang berwisata, selain mendengarkan penjelasan mengenai gedung dan sejarah KAA, Wagub Zhou tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto di beberapa tempat seperti di ruang auditorium KAA dan dan di depan patung Presiden RI Soekarno saat sedang menyampaikan pidato di KAA, serta mengisi buku tamu yang disiapkan pengelola museum.

[caption id="attachment_159856" align="aligncenter" width="590" caption="Wagub Provinsi Henan menandatangani buku tamu / foto oleh Aris Heru Utomo"]

13286597012099606304

[/caption]

Wagub Zhou juga terlihat begitu antusias mencari bendera China di deretan bendera-bendera lama yang disimpan di salah satu lorong bangunan yang difungsikan sebagai gudang. Setelah mendapatkan bendera negaranya, ia pun segera berfoto sambil memegang bendera tersebut.

[caption id="attachment_159857" align="aligncenter" width="590" caption="Wagub Provinsi Henan dan bendera RRT / foto oleh Aris Heru Utomo"]

1328659938956226758

[/caption]

Melihat antusiasme Wagub Zhou saat berkunjung ke Museum KAA, saya tentu saja ikut senang dan gembira karena sejarah perjuangan diplomasi Indonesia ternyata masih diingat dan diakui oleh bangsa-bangsa lain. Peran diplomasi yang dimainkan Indonesia sejak merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan mendapatkan status de jure dari dunia internasional tetap menjadi inspirasi bangsa-bangsa lain untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaannya.

Dalam konteks kekinian, hal tersebut di atas juga sekaligus mencerminkan pengakuan masyarakat internasional atas peran Indonesia di forum global dan sebagai salah satu negara kunci dalam memajukan sejumlah isu, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat secara damai, dan isu hak asasi manusia yang terkait dengan perkembangan media massa sosial/internet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline