[caption id="attachment_133020" align="aligncenter" width="456" caption="Peluncuran Tiangong-1"][/caption] Dua hari menjelang liburan panjang memperingati Hari Nasional RRC ke-62 yang jatuh tanggal 1 Oktober 2011, Badan Antariksa China meluncurkan modul laboratorium stasiun ruang angkasa pertama yang diberi nama Tiangong-1 (artinya Istana Surgawi) pada 29 September 2011 sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Modul Tiangong-1 seberat 8.5 ton dan panjang 10.4 meter serta berdiameter 3.35 diluncurkan dengan mengggunakan roket Long March-2FT1 dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Gurun Gobi, Barat Laut China. Tujuan peluncuran adalah sebagai langkah awal dari serangkaian uji coba pembangunan stasiun ruang angkasa China. Kesuksesan Tiangong-1 akan disusul dengan misi pengiriman modul stasiun ruang angkasa berikutnya menggunakan pesawat ruang angkasa tanpa awak Shenzhou-8 pada November 2011, dilanjutkan Shenzhou-9 dan Shenzho-10 pada 2012..
Sejumlah pemimpin negara dan pemerintahan serta petinggi Partai Komunis China (PKC) seperti Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri (PM) Wen Jiabao menyaksikan langsung jalannya peluncuran dari 2 tempat terpisah. Presiden Hu Jintao menyaksikan peluncuran dari Beijing Aerospace Flight Control Center. Sementara Perdana Menteri Wen Jiobao menyaksikan peluncuran dari lokasi peluncuran di Jianquan.
Sementara itu hampir semua stasiun televisi, khususnya China Central Televion (CCTV) baik yang berbahasa China,Inggris ataupun Arab menyiarkan secara langsung detik-detik peluncuran Tiangong-1. Berbagai diskusi dan penjelasan mengenai program ruang angkasa China disampaikan para pembicara, mulai dari masalah teknis hingga politik internasional.
Dibahasnya peluncuran Tiangong-1 dari sudut pandang geopolitik, tidak terlepas dari kenyataan bahwa peluncuran tersebut memang bukan sekedar menandai langkah penting dari program ruang angkasa China yang dimulai sejak tahun 1992. Peluncuran tersebut juga merupakan suatu bentuk penegasan terhadap status China sebagai negara super power. China ingin menunjukkan bahwa bukan hanya Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang bisa mengeksplorasi dan membangun stasiun ruang angkasa, sebagai negara super power, China pun bisa melakukannya.
Berdasarkan pandangan di atas, upaya memahami program ruang angkasa China kiranya tidak hanya terbatas pada aspek keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa semata, namun dapat pula melihatnya dari aspek strategis dan kebijakan luar negeri jangka panjang. Hal ini juga tidak terlepas dari fakta bahwa saat ini China merupakan satu-satunya negara yang membangun program ruang angkasanya tanpa bekerjasama dengan negara lain, menunjukkan ambisi China di bidang politik.
Menurut Profesor Michael Seehan dari Swansea University, Inggris (seperti dikutip dari BBC), apa yang dilakukan China saat ini sesungguhnya persis dengan yang dilakukan AS pada tahun 1960an. Saat itu, selain bertujuan untuk menguasai teknologi ruang angkasa, AS membangun program ruang angkasanya untuk kepentingan politik nasional dan global guna bersaing dengan Uni Soviet (Rusia) di era perang dingin. Kini, meski perang dingin sudah lama usai, China membangun program ruang angkasanya sebagai bagian dari ambisi dan kebijakan geopolitiknya, bukan hanya di bumi tetapi juga di ruang angkasa.
Ditambahkan pula oleh Profesor Seehan bahwa akuisisi China terhadap berbagai teknologi baru terkait pesawat udara, kereta cepat, sistem anti-satelit dan sebagainya pada hakekatnya merupakan bagian dari cara pandang para Pemimpin PKC yang melihat keberhasilan di sektor-sektor tersebut sebagai simbol negara super power yang membedakannya dengan negara-negara pesaingnya.
Kesimpulannya, hanya negara super power lah yang memiliki kapabilitas penguasaan teknologi baru dan membuat program ruang angkasa. Melalui Tiangong-1 dan pengiriman pesawat-pesawat ruang angkasa berikutnya, termasuk pengiriman Taikonaut (sebutan China untuk astronot) ke ruang angkasa seperti yang telah dilakukan sejak tahun 2003, China telah membuktikan bahwa negara tersebut telah benar-benar menjadi negara super power abad 21.
Salam dari Beijing
Aris Heru Utomo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H