Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Merasakan Daylight Saving Time di Belanda

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tepat pukul 00.00 semalam (25 Oktober 2009), jam penanda waktu di belahan  Eropa secara serentak resmi diperlambat satu jam. Sebagai contoh, jika tadinya waktu setempat menunjukkan pukul 06.00, dengan perubahan ini otomatis mundur menjadi pukul 05.00. Perubahan atau pergeseran waktu ini lazimnya dikenal dengan Daylight Saving Time.

Sesuai namanya, perubahan waktu tersebut dilakukan sejalan dengan berkurangnya waktu siang hari ketika memasuki musim dingin. Jika di musim panas, waktu siang hari jauh lebih panjang dibandingkan malam hari (bisa mencapai 16 jam), maka di musim dingin matahari bersinar paling lama 10 jam saja. Hal ini bisa terjadi karena negara-negara Eropa secara geografis berada disebelah utara khatulistiwa, dimana sinar matahari menyinari kawasan ini secara tidak merata setiap hari sepanjang tahunnya. Hal ini berbeda dengan negara-negara yang berada di khatulistiwa seperti Indonesia yang dapat menerima pancaran sinar matahari secara merata selama 12 jam setiap harinya sepanjang tahun.

Untuk menyesuaikan dengan perubahan cuaca tersebut, maka para ahli “penanda waktu” di Eropa dan Amerika (yang juga mengalami masalah yang sama) menyepakati untuk melakukan perubahan jam sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu saat memasuki musim panas dan ketika memasuki musim dingin. Menjelang musim panas atau tepatnya saat musim semi tiba (setiap hari Minggu terakhir Maret), jam penanda waktu dipercepat 1 jam. Sebaliknya ketika memasuki musim dingin (setiap hari Minggu terakhir Oktober), jam penanda waktu diperlambat 1 jam.

Tahun ini, karena sedang mengikuti short course selama sebulan di negeri Belanda, kembali saya berkesempatan mengalami langsung perubahan waktu yang disepakati bersama tersebut. Tengah malam tadi (25/10), segera setelah jam tangan menunjukkan pukul 01.00 saya memundurkannya kembali menjadi pukul 00.00. Perubahan ini perlu segara dilakukan agar segera bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan sehari-hari. Misalnya jangan sampai tergesa-gesa berangkat ke kantor, karena mengira sudah pukul 07.00, padahal sesuai pengaturan baru masih pukul 06.00.

Hal lain yang perlu segera saya sesuaikan adalah masalah perbedaan waktu antara Jakarta dan kota-kota di Eropa. Sebagai contoh, jika tadinya perbedaan waktu antara Jakarta dan Den Haag adalah 5 jam maka sekarang tentu saja berubah menjadi 6 jam. Hal ini penting diperhatikan, khususnya ketika ingin menghubungi rekan kerja di Jakarta. Jangan sampai ketika saya menelpon  pukul 13.00 waktu Den Haag, teman di Jakarta ternyata sudah meninggalkan kantor (karena di Jakarta tentu saja pukul 19.00). Hal yang sama juga perlu diperhatikan orang Jakarta, jangan sampai mereka menelpon pukul 13.00 waktu Jakarta dan mengira di Den Haag sudah pukul 08.00 dan berharap rekannya sudah berada di kantor (padahal karena sesungguhnya baru pukul 07.00, bisa saja rekannya tersebut masih sarapan di rumah)

Beberapa tahun yang lalu, ketika masih tinggal di Brussel dan baru pertama kali mengalami perubahan waktu ini, saya tidak begitu menyadari adanya kesepakatan perubahan waktu tersebut. Akibatnya terjadi hal-hal yang tidak biasa dalam pelaksanaan kegiatan rutin. Contohnya ketika mengantarkan anak-anak ke sekolah, kami menjadi datang paling awal. Biasanya tiba di sekolah sekitar pukul 08.30, saat itu kami sudah tiba pukul 07.30. Sekolah masih sepi dan penjaga sekolah baru mulai membuka pintu gerbang. Di tempat kerjaaan, saya menjadi orang yang pertama tiba di kantor. Tentu saja suasana kantor masih sepi dan hanya ada petugas piket saja. Rekan-rekan sekantor dan pimpinan baru tiba di kantor paling cepat sejam kemudian.

Sebelum menutup postingan ini, sekedar mengingatkan agar pembaca kiranya memperhatikan perubahan waktu ini. Jangan sampai ketika anda ingin menghubungi rekan atau sanak saudara di Eropa, baik melalui telepon atau chat messenger, ternyata mereka masih tidur, sedang sarapan pagi atau sibuk mempersiapkan diri ke tempat kerja atau mengantar anak sekolah.

Salam dari Den Haag




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline