Lihat ke Halaman Asli

'Zaman Edan'

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

'Amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni boya kaduman melik, kaliren wakesanipun, ndilalah karso Allah, begja begjaning kang lali luwih begja kang eling lawan waspada.' (R. Ng. Ranggawarsita).

Kalimat di atas adalah bunyi petikan sastra jawa yang di gubah oleh R. Ng. Ranggawarsita yang sangat fenomenal dalam kehidupan masyarakat jawa. Banyak pihak yang menilai sastra tersebut merupakan predeksi zaman yang akan terjadi di bumi nusantara ini. R. Ng. Ranggawarsita adalah seorang abdi dalem kraton surakarta yang konon diperlakukan secara tidak adil oleh pihak kraton Surakarta Hadiningrat. Ketidak adailan ini terlihat dari sastra-satra yang beliau tulis semasa hidupnya. Dalam satra tersebut akan banyak kita temukan  beberapa pesan yang seolah mencerminkan kegundahan hati beliau  ketika melihat  kesewenang-wenangan dan ketidak adilan yang beliau dan rakyat beliau alami.

Beliau adalah seseorang yang mempunyai jiwa spiritual tinggi. Bahkan dalam catatan sejarah sebelum beliau meninggal beliau sempat memprediksi hari kematian beliau dalam sebuah sastra jawa, dan yang membuat heboh adalah wafatnya Ranggawarsita ini tepat sekali dengan ramalan beliau yang telah beliau tulis sebelumnya dalam sebuah sastra. Meskipun tersiar kabar bahwa beliau mati dibunuh oleh Pakubuana IX, dan beliau mengetahui tentang rencana pembunuhan itu sehingga beliau dapat meramal hari kematianya, toh sebagian masyarakat percaya bahwa itu hanyalah berita angin semata.

Inti pesan sastra jawa karangan R. Ng. Ranggawarsita adalah bahwa akan datang zaman 'gila', dimana pada saat itu orang baik akan kebingungan karena jika ikut dengan zaman mereka harus berjuang melawan kata hati yang bertentangan dengan apa yang terjadi. Akan tetapi jika tidak mengikuti zaman saat itu maka mereka akan mengalami kesulitan dan kelaparan, karena sulit mendapat pekerjaan, bersosialisasi dsb. Namun di akhir kalimat beliau mengingatkan bahwa seberuntungnya orang saat itu adalah orang yang tetap ingat kepada Allah dan waspada.

Setelah sekian tahun berjalan masyarakat jawa menilai bahwa jaman edan itu akan benar-benar terjadi, bahkan saat ini pun jika kita mau jujur prediksi Ranggawarsita ini sudah mulai terlihat. Saat ini zaman sudah seperti tidak ada aturanya. Semua serba bebas, mau apapun boleh, tak ada alasan sseorang boleh melarang apa yang ingin orang lain lakukan. Demokrasi melarang kita mengekang, melarang dan turut campur  urusan seseorang, dengan alasan melanggar HAM. Nilai-nilai moral yang selama ini  berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai itu justru akan membatasi seseorang dalam meraih kesuksesannya dan menghambat pertumbuhan kepribadianya.

Dan yang menghawatirkan adalah jika lambat laun orang akan menilai agama hanyalah sebuah ritual semata dan bukan lagi manjadi jiwa dari seseorang tersebut. Yang terjadi orang akan baik ketika di tempat-tempat ibadah semata, setelah itu ya bebas.

Nilai tatanan moral sudah mulai runtuh, seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut seseorang pada sebuah pembutian material akan kwalitas hidupnya. Seseorang dikatakan sukses saat ini jika sudah memiliki rumah yang mewah dan mobil impor yang harganya selangit. Semakin tinggi nilai barang yang dipunyai seseorang akan semakin tinggi apresiasi yang diberikan orang lain. Akibatnya orang berlomba-lomba mati-matian mencari apa yang disebut materi. Nilai-nilai sopan santun, dan tatakrama sudah bukan merupakan parameter penting, sebab yang terpenting adalah apa yang anda bisa tunjukan kepada orang lain dalam bentuk real. Bukan pada nilai diri anda. Merendahkan diri justru akan membuat kita semakin jauh tertinggal dalam karir dan penguasaan masa, sebab orang tak lagi melihat kesahajaan anda, tetapi apa yang bisa anda lakukan.

Inilah mungkin yang dimaksud dengan zaman edan. Dimana orang-orang baik saat ini justru harus tersingkir dari peran kehidupan dan dinilai bodoh, karena membiarkan dirinya tidak berkembang. Orang baik akan tersingkir karena begitu banyak orang yang menyimpang sehingga jika ada satu orang baik justru akan menjadi ganjalan bagi mereka. Ganjalan bagi tercapainya ambisi mereka dalam meraih puing-puing materi. Kebaikan hanya sekedar wacana dan tulisan semata karena dalam praktiknya nilai-nilai tersebut sudah tidak bisa diaplikasikan lagi. Kebaikan hanyalah hiasan bibir untuk menarik perhatian dan simpati belaka.

Jika dulu semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin tinggi strata sosialnya maka saat ini semakin tinggi penghasilan anda semakin tinggi strata sisoal anda. Memang agama tidak melarang seseorang kaya raya, bahkan dianjurkan. Tapi jika kekayaan yang kita raih hanya akan membuat orang-orang disekitar kita menderita, apa gunanya? Jika kita harus mengorbankan orang-orang yang berada di bawah kita, apa bisa itu disebut sebagai sebuah kebahagiaan? Kita harus ingat apa yang ditulis Ranggawarsita dalam bait terakhirnya. Seberuntungnya orang yang bisa meraih apa yang ada di dunia ini, tetap lebih beruntung orang yang selalu ingat terhadap Allah dan selalu waspada. Waspada terhadap apa yang ia lakukan apakah sudah sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Waspada apakah apa yang ia lakukan berupa kebaikan atau justru sebuah keburukan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline