Lihat ke Halaman Asli

Aris Dwi Nugroho

Seseorang yang selalu ingin menjadi pembelajar sejati untuk menggapai kebahagiaan hakiki.

Hidup Itu Terlalu Singkat untuk Menunggu

Diperbarui: 11 Juni 2017   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: akinini.com

Usia manusia merupakan salah satu perkara yang menjadi misteri dalam kehidupan manusia di dunia ini. Tidak ada seorang pun yang mengetahui berapa lama ia akan menjalani kehidupannya di dunia. Tidak ada manusia yang dapat mengetahui berapa usia yang ditetapkan untuk dirinya. Usia manusia merupakan rahasia Allah SWT. Manusia hanya dapat mengisi usianya dan menjalani kehidupannya di dunia ini dengan penuh kesungguhan untuk mempersiapkan kehidupan yang hakiki di hari kemudian.

Melihat fenomena yang ada, pada umumnya usia manusia hanya berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Walaupun ada juga yang melebihi 70 tahun, dan tidak sedikit juga yang kurang dari 60 tahun. Fenomena tersebut sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW melalui haditsnya yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah r.a., yang artinya lebih kurang: “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.” (Dihasankan sanadnya oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari).

Apabila memperhatikan fenomena tersebut di atas, betapa singkatnya usia manusia. Sebut saja rata-rata usia manusia dari sejak lahir sampai meninggal dunia 65 tahun atau 23.750 hari (diambil pertengahan antara 60 dan 70 tahun). Usia 65 tahun tersebut merupakan usia kotor manusia, yang belum dikurangi usia baligh, usia dimana manusia telah mencapai kedewasaan secara biologis, kesempurnaan akal dan kekuatan fisiknya. Selain itu, usia baligh juga merupakan batasan usia seseorang mulai terikat hukum syari’at sebagai seorang hamba Allah SWT, sehingga mulai dihitung amal maupun dosanya. Batas maksimal usia baligh seseorang, baik laki-laki maupun perempuan adalah usia 15 tahun. Jika usia manusia 65 tahun dikurangi usia baligh 15 tahun, maka usia manusia hanya tersisa 50 tahun atau 18.250 hari.

Dari usia yang tersisa 50 tahun itu pun masih belum dikurangi oleh kegiatan rutin manusia yang sangat banyak memakan waktu, namun tidak banyak yang menyadarinya. Kegiatan rutin tersebut bernama tidur. Apabila seseorang tidur dalam sehari semalam rata-rata 8 jam, maka artinya dalam waktu 50 tahun tersebut, seseorang tidur selama 8 jam x 18.250 hari = 146.000 jam atau setara dengan 16 tahun 7 bulan (dibulatkan menjadi 17 tahun). Betapa banyaknya waktu yang digunakan untuk kegiatan ini. Lebih 34% dari waktu hidup manusia di dunia digunakan untuk tidur. Dengan demikian, dari sisa usia manusia 50 tahun dikurangi dengan waktu tidurnya 17 tahun, maka usia yang tersisa hanya 33 tahun.

33 tahun inilah usia manusia yang sebenarnya, usia efektif yang dapat digunakan manusia untuk melakukan berbagai kegiatan di dunia ini, walaupun waktu tersebut belum dikurangi lagi dengan berbagai kegiatan yang negatif, tidak bermanfaat, atau bahkan kegiatan yang malah menjerumuskan dirinya. Apabila dikuranginya, maka mungkin usia efektif yang tersisa kurang dari 30 tahun.

Waktu 30 tahun merupakan waktu yang sangat singkat, namun itulah waktu efektif yang dapat digunakan manusia untuk menjadikan dirinya sesuai dengan yang diharapkannya di hari kemudian. Waktu yang dapat digunakan untuk menanam benih sesuai dengan apa yang diharapkannya ketika tiba masa panen nanti. Tentunya setiap manusia berharap kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Mustahil kebahagiaan tersebut akan diraihnya apabila hanya bertopang dagu, menunggu keajaiban dan keberuntungan berpihak kepada dirinya, tanpa memaksimalkan potensi yang dikaruniakan kepada dirinya untuk berkarya, dan melakukan sesuatu yang mengarah kepada pencapaian kebahagiaan yang diharapkannya.

Sadarilah bahwa waktu terus berputar, tanpa bisa terhenti seditik pun, dan tanpa memperhatikan kondisi manusia. Manusia dalam kondisi baik ataupun buruk, waktu tak pernah menghiraukannya. Dia tak akan pernah berhenti sejenak untuk menunggu manusia yang sedang dalam kondisi buruk, dengan harapan dapat memperbaiki diri. Oleh karena itu, apa yang akan kita lakukan dalam waktu efektif yang tersisa ini? Akankah kita perbanyak hal-hal positif, atau sebaliknya justru kita akan memperbanyak hal-hal negatif untuk mengisi waktu efektif tersebut? Akankah kita mengisinya dengan berkarya, dan melakukan sesuatu yang berarti untuk kehidupan di hari kemudian? 

Manfaatkan waktu efektif yang sangat singkat ini dengan sebaik-baiknya. Maksimalkan waktu yang ada dengan berbagai program hidup yang dapat menjadikan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Hiasi setiap detik dan hembusan nafas yang tersisa dengan berbagai kebaikan. Dan semua itu, tak ada pilihan lain selain memulainya saat ini juga. Jangan tunggu hari esok untuk sebuah kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, hidayah,dan keberkahan dalam pribadi kita. Aamiin ya Robbal’alamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline