Lihat ke Halaman Asli

Aris Dwi Nugroho

Seseorang yang selalu ingin menjadi pembelajar sejati untuk menggapai kebahagiaan hakiki.

Yang Berlalu, Biarlah Berlalu?

Diperbarui: 23 Mei 2017   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai manusia dengan segala aspek yang terdapat pada dirinya, menjalani kehidupan ini dengan penuh akifitas dengan berbagai motif tertentu. Dari bangun tidur, sampai tidur kembali, tidak luput dari berbagai aktifitas. Berbagai fenomena dan pengalaman banyak ditemukan dalam setiap aktifitas sehari-harinya. Fenomena dan pengalaman yang menyedihkan atau membahagiakan, fenomena dan pengalaman yang menyebalkan atau menyenangkan, fenomena dan pengalaman yang membuat tersenyum/tertawa atau menangis, semua terasa campur aduk menjadi satu di dalam hati dan pikiran. Semua itulah yang disebut oleh NSK Nugroho (2008) sebagai sebuah realitas. Selama ruh masih terkandung di dalam jasad manusia, ia akan selalu berinteraksi atau berhadapan dengan realitas.

Realitas yang dijumpai oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, baik secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari, akan memberikan stimulus untuk direspon oleh seseorang, yang kemudian dapat ditindaklanjuti menjadi sebuah reaksi berupa tindakan dan perilaku. Berbagai bentuk reaksi (tindakan dan perilaku positif atau negatif) akan lahir dari diri seseorang, tergantung dari proses mental yang terjadi pada pribadinya.

Apapun bentuk realitas yang dijumpai dalam kehidupan ini, tentunya selalu berpotensi untuk menjadikan pribadi seseorang semakin berkualitas, yang terwujud dengan tindakan dan perilaku yang positif. Tidak ada sesuatu apapun yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini yang sia-sia bagi kehidupan manusia, termasuk realitas yang ada dalam kehidupannya. Namun potensi tersebut tidak serta merta secara otomatis dapat berproses dalam pembentukan tindakan dan perilaku positif.

Untuk memaksimalkan potensi yang ada pada setiap realitas, sepatutnya tidak membiarkan setiap realitas yang dijumpai, berlalu begitu saja, layaknya angin yang berhembus sepoi-sepoi berlalu tanpa meninggalkan bekas. Hari-hari dipadati dengan berbagai rutinitas kehidupan yang penuh dengan berbagai realitas, janganlah hanya berlalu begitu saja, tanpa adanya sebuah refleksi secara mendalam. Seringkali karena disibukkan oleh berbagai rutinitas kehidupan, tidak ada sedikitpun waktu untuk melakukan refleksi. Janganlah terlena dengan padatnya rutinitas sehari-hari, tanpa memikirkan dan mengkaji substansinya. Hindari suatu aktifitas yang hampa dari nilai-nilai yang akan menjadikan diri kita semakin berkualitas di sisi Allah SWT, dan semakin menjauhkan diri dari tujuan hakiki kehidupan manusia, yaitu menjadikan pribadi yang beriman dan bertakwa sebagai dasar untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Nilai-nilai yang dimaksud tersebut adalah nilai keyakinan atau kepercayaan (belief system), terhadap sesuatu hal, dasar kepeminatan (motivasi, keinginan, harapan, dan sebagainya), sistem pengendalian terhadap suatu sugesti, sikap dasar, prinsip diri, dan sebagainya. Apabila semua itu kosong dalam diri seseorang, maka ia tidak akan mendapatkan manfaat lebih dari setiap realitas yang dijumpainya. Bahkan tidak menutup kemungkinan realitas-realitas yang ada malah akan dapat memberikan pengaruh negatif terhadap sistem nilai pada pribadi seseorang, yang pada akhirnya akan berefek terhadap perilaku yang dilakukannya.

Refleksi mendalam, berpikir dan mengkaji substansi dari setiap aktifitas dan realitas, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan sebuah proses transformasi nilai pada diri, sehingga setiap aktifitas dan realitas yang ada akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas sikap pribadi. Sediakanlah waktu khusus secara berkala untuk melakukan refleksi mendalam dari setiap aktifitas dan realitas yang ada. Renungkan, pikirkan dengan lembut, dan kaji substansinya sebagai bentuk evaluasi diri. Temukan berbagai makna dan hikmahnya. Selain itu, yang utama adalah awali proses refleksi dengan niat yang kuat untuk meningkatkan kualitas pribadi, serta selalu melibatkan Allah SWT dalam setiap proses refleksi, agar proses refleksi lebih bermakna dan mendapatkan hasil yang berkualitas, dan dapat berkontribusi terhadap proses lahirnya perilaku yang baik dan terpuji. Semoga kita selalu menjadi insan yang selalu sadar terhadap kualitas perilaku yang kita lakukan, dan selalu semangat untuk meningkatkan kualitas pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline